sahabat adalah insan yang membuatmu lebih berarti

Peranan Pendidikan Akhlak dalam Penanggulangan Kenakalan Remaja

BAB I
PENDAHULUAN

  1. A. Latar Belakang
Masalah kenakalan remaja yang berkembang dewasa ini di kota-kota besar di Indonesia mengalami kecenderungan meningkat pada tindakan kejahatan (kriminalitas) yang meresahkan masyarakat dan aparat. Kriminalitas remaja kota masa kini mendorong para penanggungjawab sosial (aparat kepolisian), pendidikan (guru atau pendidik), kerohanian (mubaligh atau alim ulama) serta penanggungjawab hukum (hakim, jaksa) untuk turut serta memecahkan masalah kejahatan remaja yang istilahnya sudah dihaluskan menjadi kenakalan remaja itu.


Dari sudut etimologis, juvenile deliquency mengandung arti “kejahatan anak”, akan tetapi pengertian “kejahatan” tersebut mengandung konotasi negatif. Agar terkesan lebih moderat dan edukatif serta demi nama baik para remaja itu sendiri, maka beberapa ilmuwan mengartikan juvenile deliquency menjadi sebagai “kenakalan remaja” (Sudarsono, 2004: 1).
Sedangkan “remaja” menurut Zakiah Daradjat, seorang pakar psikologi agama Islam, memaparkan: “Remaja adalah suatu masa dari umur manusia, yang paling banyak mengalami perubahan, sehingga membawanya pindah dari masa anak-anak menuju kepada masa dewasa. Perubahan-perubahan yang terjadi itu meliputi segala segi kehidupan manusia, yaitu jasmani, rohani, pikiran, perasaan dan sosial.”  (Zakiah Daradjat, 1974: 35).
Dengan demikian,  kenakalan remaja mengandung arti segala sikap dan perilaku yang menyimpang dari aturan sosial (tata krama), adat istiadat (peradaban), hukum dan agama. Kenakalan itu biasanya dikaitkan dengan remaja, yaitu mereka yang berusia di antara 13 tahun ke atas dan 21 tahun ke bawah. Di dalam masa yang panjang itu, yaitu 8 tahun, para remaja mempersiapkan dirinya dengan bekal ilmu, pengetahuan dan pengalaman, serta kecakapan dan keterampilan sebagai jenjang masuk ke dalam masa dewasa atau berumah tangga. Para remaja yang tidak memanfaatkan masa remajanya di dalam aktivitas dan kreativitas positif atau terpuji, maka dia dapat digolongkan ke dalam perilaku remaja nyeleneh, menyimpang atau remaja yang nakal.
Kenakalan remaja adalah sebuah gejala (fenomena) sosial yang muncul dan berkembang di antaranya akibat dari suatu kondisi sosial yang kurang kondusif bagi perkembangan remaja. Sudarsono menyatakan: “Di tengah-tengah masyarakat banyak ditemukan bukti yang menunjukkan bahwa kerap kali terjadi peralihan hak yang melawan hukum dilakukan oleh anak delinkuen. Di samping itu anak delinkuen sering melakukan delik penipuan dan penggelapan terhadap barang-barang tertentu. Perbuatan-perbuatan tersebut diperberat lagi dengan delik-delik kekerasan dan yang ancamannya khusus tertuju kepada nyawa dan jasmani seseorang.” (Sudarsono, 2004: 3).
Oleh karena itu dapat dikatakan secara umum bahwa segala tindakan negatif para remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku di
masyarakat dapat digolongkan sebagai kenakalan remaja.
Adapun bentuk penyimpangan perilaku kenakalan remaja yang terjadi pada masa kini di antaranya adalah:
  1. Peredaran dan penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang;
Peningkatan pembuatan dan pemakaian narkotika dan obat-obat terlarang (narkoba) di kalangan para remaja, kasusnya semakin besar dan meluas. Beberapa pabrik ekstasi dan putaw yang digerebek (dirazia) satuan kepolisian anti narkoba menunjukkan, bahwa kuantitas produk obat-obatan haram itu mencapai nilai uang trilyunan rupiah. Akan tetapi yang jadi korban adalah tetap para remaja.
2.Pergaulan bebas yang mengarah pada gaya hidup seks bebas (free sex);
Budaya permisif atau serba boleh di sejumlah kalangan masyarakat yang rendah keimanan dan keislamannya, menumbuhkan fenomena gaya hidup bebas dan acuh tak acuh terhadap makna salah dan dosa dalam pergaulan sehari-hari antara remaja putra dan putri sehingga menciptakan perzinahan.
3.Tindakan yang besifat premanisme;
Tingkat kebutuhan hidup yang semakin tinggi di satu fihak dan tingginya  tingkat pengangguran di fihak lain, serta tidak adanya keterampilan hidup (skill life) di kalangan remaja sebagai bekal mencari nafkah, meningkatkan kejahatan terorganisir di tempat-tempat rawan sebagai bentuk premanisme.
  1. Perkelahian antar kelompok remaja;
Persaingan tidak sehat dapat memicu kecemburuan sosial di antara remaja yang berkelompok dan berhimpun dalam bentuk geng, yaitu organisasi liar yang tujuannya hanya membuat onar seperti tawuran.
5.Peredaran media hiburan yang bersifat pornografi.
Meskipun Undang-undang Pornografi dan Pornoaksi sudah disahkan beberapa waktu yang lalu, namun sampai sekarang masih saja kita temukan tayangan media hiburan seperti televisi dan film yang berbau pornografi dan pornoaksi, termasuk di dalam media internet, di mana sejumlah artis ibukota terjerat. Suatu bukti bahwa pengaruh pornografi dan pornoaksi masih mengintai para remaja.
Dari uraian di atas maka inti persoalannya dapat dirangkum menjadi:
  1. Kenakalan remaja, khususnya yang melibatkan para peserta didik di Madrasah Tsanawiyah, lebih khusus lagi Madrasah Tsanawiyah (MTs.) Yayasan Fajrul Islam Riyadlil Muhtar (YAFIM) Legok Jawa, Cimerak Legokjawa, Cimerak, perlu diteliti karena berkaitan dengan Madrasah Tsanawiyah sebagai lembaga pendidikan Islami yang semestinya jauh dari masalah kenakalan remaja.
  2. Jika kenakalan remaja sudah merambah kepada para peserta didik madrasah, maka harus diteliti bagaimana peran  pendidikan
akhlak   di madrasah terhadap  para pesera didik?
  1. Madrasah Ibtidaiyah, Diniyah, Tsanawiyah dan Aliyah didirikan di antaranya untuk menampung dan menyalurkan ilmu pengetahuan dan pendidikan agama Islam (PAI) kepada generasi muda supaya mereka terhindar dari ilmu pengetahuan yang bersifat duniawiyah.
  2. Kenyataannya, beberapa remaja dan pelajar Madrasah Tsanawiyah justru terlibat perilaku kenakalan remaja yang pada pokoknya tidak Islami.
  3. A. Perumusan Masalah
Sebagaimana telah dikemukakan pada  latar belakang masalah maka agar permasalahannya menjadi lebih jelas perlu dikemukakan perumusan masalah yang hendak dipecahkan, yaitu:
  1. Bagaimana pelaksanaan pendidikan akhlak di Madrasah Tsanawiyah (MTs.) Yayasan Fajrul Islam Riyadlil Muhtar (YAFIM) Desa Legok Jawa, Kecamatan Cimerak?
    1. Bagaimana Upaya Penanggulangan kenakalan remaja pada siswa   Madrasah Tsanawiyah (MTs.) Yayasan Fajrul Islam Riyadlil Muhtar (YAFIM),  Desa   Legok Jawa, Kecamatan Cimerak?
  2. Bagaimanakah peran pendidikan akhlak dalam penanggulangan kenakalan remaja di lingkungan Madrasah Tsanawiyah (MTs.) Yayasan Fajrul  Islam  Riyadlil  Muhtar (YAFIM)  Desa  Legok  Jawa,
Kecamatan Cimerak?
  1. B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
  1. Untuk Menganalisis pelaksanaan pendidikan akhlak di Madrasah Tsanawiyah (MTs.) Yayasan Fajrul Islam Riyadlil Muhtar (YAFIM) Legok Jawa, Cimerak;
  2. Untuk menganalisis   upaya penanggulangan kenakalan remaja di Madrasah Tsanawiyah (MTs.) Yayasan Fajrul Islam Riyadlil Muhtar (YAFIM) Legok Jawa, Cimerak;
  3. Untuk menganalisis pengaruh pendidikan akhlak  dalam penanggulangan kenakalan remaja di Madrasah Tsanawiyah (MTs.) Yayasan Fajrul Islam Riyadlil Muhtar (YAFIM) Legok Jawa, Cimerak?
    1. C. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah
  1. Bagi peneliti: Sebagai pengetahuan mengenai peranan Pendidikan  terhadap Penanggulangan Kenakalan Remaja.
  2. Bagi pendidik: Sebagai pegangan atau patokan dalam meninjau Peranan Pendidikan akhlak Upaya Penanggulangan kenakalan remaja.
  3. Bagi lembaga pendidikan : pertama sebagai tolok ukur di dalam didalam mengatasi kenqakalan remaja yang saat ini semakin merebak di kalangan remaja.
  1. D. Operasional Variabel
Berdasarkan judul penelitian “ Peranan Perndidikan Akhlak dalam Upaya Penanggulangan Kenakalan Remaja” maka disusun operasionalisasi variabel sebagai berikut:
No. Variabel Sub variabel Indikator Skala Pengukuran
1 Variabel pendidikan Akhlak
  1. Pendidikan Ibadah
  1. Pendidikan Akhlak
a. Berpuasa wajib di Bulan Ramadhan; b.Membaca/mempelajari al-Qur’an secara rutin.
a.  menghormati kedua
orang tua;
b. berkata dan bertin
dak jujur;
c. menghargai pendapat
orang
d. disiplin dalam segala
hal
Skala Ordinal
2 Penanggulangan kenakalan remaja
  1. Upaya Preventif
  1. Upaya Represif
  1. Upaya Kuratif
  1. Bimbingan dan pengawasan yang kuat dari pihak sekolah;
  2. Penciptaan kondisi sekolah yang religius;
  3. Adanya kegiatan yang positif bagi peserta didik;
  4. Pendidikan moral yang efektif sekolah.
  5. Penerapan sanksi hukum yang sesuai dengan hukum yang berlaku;
  6. Adanya sanksi sosial bagi para peserta didik yang terlibat kenakalan remaja;
    1. Mengikutsertakan para peserta didik dalam kegiatan yang positif;
    2. Pemberian bimbingan psikologis dari wali Kelas pada peserta didik yang bermasalah.

  1. E. Kerangka Pemikiran
Masalah kenakalan remaja dapat ditanggulangi dengan berbagai upaya dari berbagai pihak. Zakiah Daradjat (1999:41) menempatkan pendidikan agama sebagai salah satu faktor yang berpengaruh kuat dalam upaya penanggulangan kenakalan remaja. Pendidikan agama yang dimaksud tidak hanya yang didapatkan dari lembaga pendidikan formal maupun nonformal, tetapi juga dalam lingkungan informal.
Pendidikan agama memiliki peran yang sangat besar dalam pembentukan perilaku manusia. Dengan pendidikan agama yang kuat, maka akan terbentuk generasi yang mampu bertahan dalam perubahan zaman yang kian dinamis. Pendidikan agama inilah yang harus ditanamkan kepada para remaja agar tidakterpengaruh oleh pergaulan dilingkungan yang dapat menjerumuskannya dalam perilaku kenakalan remaja.Nabi Muhammad, yang artinya :
Taatlah kalian kepada Allah dan takutlah berbuat maksiat kepada-Nya. Perintahlah semua anak kalian untuk mengerjakan yang diperintahkan dan menjauhi yang dilarang karena hal itu merupakan benteng bagi mereka dan bagimu sekalian dari api neraka”.Hadits Riwayat Ibnu Jaris dan Ibnu Mundzir dari Mas’ud).
Berdasarkan Hadits tersebut, Pendidikan Agama Islam (PAI) dapat menjadi benteng dari api neraka. Dengan demikian, Pendidikan Agama Islam memegang peran yang vital dalam menentukan arah hidup manusia. Karena pentingnya pendidikan agama dalam kehidupan manusia, Al-Ghazali (1977:39) menyatakan bahwa diperlukan penekanan yang kuat terhadap kewajiban untuk mendalami ilmu agama dengan menyatakannya sebagai fardlu a’in, artinya wajib (Ajat Sudrajat, 2001:132).
Untuk memperjelas korelasi antara pendidikan akhlak dalam upaya penanggulangan kenakalan remaja, maka dibuat skema korelasional sebagai berikut:
Gambar 1
SKEMA KERANGKA PEMIKIRAN
Variabel X                                                                   Variabel Y
Pendidikan Akhlak                                                        Penanggulangan
Kenakalan Remaja
  1. Sopan santun
  2. Adab dan hormat                                                 1. Upaya preventif
  3. Disiplin dan tertib                                                 2. Upaya Represif
  4. Beriman                                                                 3. Upaya kuratif
  1. F. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas penelitian yang akan dilakukan dan masih dibuktikan kebenarannya. Kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya bisa diperoleh jika penelitian telah dilaksanakan.
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, penulis merumuskan hipotesis: “Jika pendidikan akhlak di  Madrasah Tsanawiyah berperan secara preventif, represif dan kuratif, maka upaya penanggulangan kenakalan remaja akan berhasil”. Dengan kriteria uji hipotesis sebagai berikut:
t ( 1 – a ) < (dk) t hitung Maka Ho diterima dan H1 ditolak
t (1 – a ) > (dk) t hitung maka H1 diterima dan Ho ditolak
Keterangan:
a = 0,05
dk = K – 2
n – 2
t hitung= rs
1 – rs2
  1. G. Langkah-langkah penelitian

  1. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara pendekatan yang digunakan untuk mendapatkan data yang tepat untuk memecahkan masalah yang sedang diteliti.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif, yaitu metode penelitian yang berupaya untuk mengungkapkan keadaan atau kondisi yang terjadi saat sekarang dengan mempertimbangkan keadaan masa lampau. (Winarno Surakhmad, 1980: 139). Metode korelatif digunakan untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel tersebut.
  1. Teknik Pengumpulan Data
    1. Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan  oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara atau interviewed (Suharsimi Arikunto, 2002:132).
Wawancara dilakukan secara langsung dengan Kepala Sekolah MTs. Legok, untuk mengetahui keadaan sekolah dan dan keadaan guru, wawancara dengan Wali Kelas  VII dan VIII dilakukan untuk mengetahui keadaan siswa yang akan diteliti.
    1. Teknik Angket (Questionair)
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui  (Suharsimi  Arikunto, 2002:128).
Jenis-jenis angket (Questionair) sebagai berikut:
1)            Dipandang dari cara menjawab, maka ada:
(a). Kuisioner terbuka, yang memberikan kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri.
(b).   Kuisioner tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih.
2)            Dipandang dari jawaban yang diberikan ada:
(a). Kuisioner langsung, yaitu responden menjawab  tentang dirinya.
(b). Kuisioner tidak langsung, yaitu jika responden menjawab tentang orang lain.
3).     Dipandang dari bentuk maka ada:
(a).  Kuisioner pilihan ganda maksudnya sama dengan
kuisioner tertutup
(b).    Kuisioner isian maksudnya kuisioner terbuka
(c). Check List, sebuah daftar di mana responden tinggal membubuhkan tanda contreng  kolom yang sesuai.
(d). Rating-scale (skala bertingkat), yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh kelompok-kelompok yang menunjukkan tingkat-tingkat misalnya mulai dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju.
(Suharsimi Arikunto, 202:128)
Jenis angket yang digunakan adalah angket tertutup, dengan skala bertingkat, serta 4 option,  sehingga responden tinggal memilih salah satu jawaban yang sesuai dengan keadaan mereka. Lalu diukur dengan menggunakan skala ordinal.
  1. 3. Populasi dan Sampel
  2. a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2002: 108). Dalam penelitian ini populasinya adalah 170 siswa Madrasah Tsanawiyah  Tsanawiyah (MTs.) Yayasan Fajrul Islam Riyadlil Muhtar (YAFIM)  Legokjawa, Cimerak, Ciamis.
  1. b. Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:109) Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Jika subyek penelitian kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua. Tetapi apabila subyek penelitian lebih besar jumlahnya (lebih dari 100) maka dapat diambil sampel antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih.
Pengambilan sampel (sampling) yang digunakan berupa teknik sampel acak (random sampling), yaitu siswa kelas VII  sebanyak 10 orang dan kelas VIII sebanyak 15 orang.
Besarnya sampel ditentukan 25% dari anggota (subjek) populasi. Jadi 170 X 15%= 25,5. Untuk memudahkan dalam penghitungan,  sampelnya dibulatkan menjadi 25 responden.
  1. 4. Rancangan Analisis Data dan Uji Hipotesis
  2. a. Teknik Analisis Data
Teknik   analisis  data   dilakukan   dengan   dua   langkah,   yaitu
pengolahan data secara parsial dan pengolahan data secara korelasi. Pengolahan data secara parsial dilakukan untuk mengetahui gambaran masing-masing variabel penelitian, yaitu Variabel X (Peranan Pendidikan Akhlak) dan Variabel Y (Penanggulangan Kenakalan Remaja).
Langkah-langkah yang ditempuh untuk analisis data adalah:
1)            Skoring Data
2)            Menentukan rentang (R) dengan rumus:
(R = DB – DK)
3)            Menentukan banyak kelas (BK) dengan rumus:
(BK = 1 + (3,3) log n)
4)            Menentukan panjang kelas (P):
Rentang  ( R )
(P)  =
Banyak Kelas (K)
5)            Membuat tabel distribusi frekuensi kumulatif
Skor Tabulasi/Tally Frekuensi



6)            Menghitung Median (Me) dengan rumus:
( n/2 ) – F
Me = Bb + P
FMe - F
Bb  = Pinggir kelas bawah dimana median  berada
N    = Ukuran Sampel
P     = Pangjang Interval Kelas
F     = Frekuensi kumulatif bagi Bb berada
Fme= Frekuensi kumulatif bagi pinggir kelas atas dari interval
dimana median dihitung.
7)                  Menghitung simpangan deviasi (SD) dengan rumus:



1
SDMe = 3 ( Xi - Me )2 . Fi
n – 1

N    = Ukuran Sampel
Xi   = Nilai tengah tiap-tiak kelas
Fi    = Frekuensi kelas
Me  = Median
8)                  Membuat skala penafsiran yang didasarkan kepada banyaknya option dalam angket. Angket yang digunakan mempunyai 4 option maka skala penafsiran harus dibuat sebagai berikut:
Skor Min + 4 SDme ………………..tinggi
Skor Min + 3 SDme ………………..cukup
Skor Min + 2 SDme ………………..rendah
Skor Min + 1 SDme ………………..sangat rendah
Menginterpretasikan median terhadap skala penafsiran. Selanjutnya pengolahan data kolerasional yaitu: X terhadap Y dengan menggunakan rumus korelasi Rank Spearman (rs). Dengan Langkah-langkah berikut:
a).     Menghitung Peringkat hasil observasi baik untuk variable
X dan Y
b).    Menghitung korelasi antara variable (X) dengan variable
(Y) dengan rumus :
n
6    G    di 2
rs = 1 - i =1
n3 – n
9)                  Membuat klasifikasi tantang batasan nilai rs sebagai berikut :
0,81      #                           = sangat tinggi
0,61             -         0,80     = tinggi
0,41             -         0,80     = cukup/sedang
0,21             -         0,40     = rendah
0,00             -         0,20     = rendah sekali
10)              Menentukan derajat Determinasi (D) dengan rumus:
D = rs2 X 100%
11)              Melalukan uji signiifikasi/uji Hipotesis dengan rumus:
N – 2
t= rs
1 – rs2
Dengan Uji satu arah (one tailed) dan berpedoman pada tabel, maka hipotesis yang digunakan dengan ketentuan :
a).     t ( 1 – a ) (dk) t hitung maka Ho diterima dan H1 ditolak
b).     t ( 1 – a ) (dk) t hitung maka H1 diterima dan Ho ditolak
  1. b. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan analisis kualitatif yang didasarkan atas hasil pengolahan data kuantitatif
  1. 5. Lokasi Penelitian
Penelitian Mengenai Peranan Pendidikan Akhlak dalam Upaya Penanggulangan Kenakalan remaja ini dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Yayasan Fajrul Islam Riyadlil Muhtar (YAFIM) yang berlokasi di daerah pesisir pantai laut selatan yang tepatnya di Desa Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

  1. A. Pendidikan Akhlak
  2. 1. Pendidikan
Dalam (raflengerungan.wordpress.com/penger) Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana  untuk mewujudkan suasana  belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik  secara akktif mengembangkan  potensi dirinya untuk memiliki kekuatan  spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian , kecerdasan, akhlak mulia,  serta keterampilan yang diperlukan  dirinya dan  masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus  dan juga sesuatu yang tidak dapat  dilihat tetapi lebih mendalam  yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama  pendidikan adalah untuk  mengajar kebudayaan melewati generasi.
Dalam (id.answer.yahoo.com/penger) Pendidikan adalah  usaha sadar yang sistematis  dalam mengembangkan  sluruh potensi (fitrah) yang ada dalam diri manusia untuk menjadi  manusia seutuhnya (insan kamil).
Pendidikan adalah sarana untuk mengembangkan diri akan pengetahuan yang belum  kita kletahui tentunya, serta melatih kemampuan kita, mempersiapkan diri dengan kualitas  yang dapat bersaing bukan hanya lokal tapi juga internasional. Pendidikan tertunya satu jalan untuk  mencapai cita-cita . Semakin tinggi pendidikan kita, maka semakin besar peluang/kesempatan  kita untuk maju. Pendidikan adalah ilmu yang wajib dipelajari sehingga seseorang tahu, mampu dan bermanfaat bagi alam semesta.
Dalam (fatamorgana.wordpress.com/2008/07) unsur-unsur Pendidikan  yaitu:
  1. Subjek yang dibimbing (siswa)
  2. Orang yang mendidik (guru)
  3. Interaksi antara yang di ddidik dengan yang mendidik (  iteraksi edukatif)
  4. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)
  5. Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan)
  6. Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode)
  7. Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan)
Menurut Ngalim Purwanto (1991: 10): Pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. Pendidikan ialah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat.
Sedangkan H.M. Arifin (2008:7) menjabarkan pendidikan secara lebih spesifik lagi ke dalam pendidikan Islam: Bila pendidikan diartikan sebagai latihan mental, moral, dan fisik yang bisa menghasilkan manusia berbudaya tinggi, maka pendidikan berarti menumbuhkan personalitas (kepribadian) serta menanamkan rasa tanggung jawab. Usaha kependidikan bagi manusia menyerupai makanan yang berfungsi memberikan vitamin bagi pertumbuhan manusia.
Tujuan dan sasaran pendidikan berbeda-beda menurut pandangan hidup masing-masing pendidik atau lembaga pendidikan. Oleh karenanya perlu dirumuskan pandangan hidup Islam yang mengarahkan tujuan dan sasaran pendidikan Islam.
Ayat al-Qur’an di bawah ini memberikan landasan dan pandangan bahwa: sesungguhnya Islam adalah agama yang benar di sisi Allah.
Artinya: Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (Q.S. Ali Imran, 3: 19)
Oleh karena itu, bila manusia yang berpredikat muslim, benar-benar akan menjadi penganut agama yang baik, dia harus menaati ajaran Islam dan menjaga agar rahmat Allah tetap berada pada dirinya. Ia harus mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajarannya sesuai iman dan akidah Islamiah.
Untuk tujuan itulah, manusia harus dididik melalui proses pendidikan Islam. Berdasarkan pandangan di atas, pendidikan Islam berarti sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan pada seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya.
Dengan demikian, pengertian pendidikan Islam ialah suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah, sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia, baik duniawi maupun ukhrawi.
  1. 2. Akhlak
Dalam (nodaria.tripod.com/…/i98.html) perkataan Akhlak berasal dari perkataan (al-ahlaaku) ialah kata jama dari pada perkataan perkataan  (al-khuluqu) berarti: tabiat, kelakuan , perangai, tingkahlaku , matuah, adat kebiasaan, malah ia jubga berarti agama itu sendiri.
Dalam (mubarok-institute.blogspot.com/2007) Definisi Akhlak menurut  istilah ialah: sifat yang tertanam  di dalam diri yang dapat mengeluarkan  sesuatu  perbuatan dengan senang dan mudah tanpa pemikiran, penelitian,  dan paksaan.
Ibnu Miskawaih, ahli falsafah Islam  yang terkenal mentakrifkan  akhlak itu sebagai keadaan  jiwa yang mendorong ke arah melahirkan perbuatan tanpa  pemikiran dan penelitian.
Imam Ghazali radiallohu anhu mengatakan: akhlak ialah suatu keadaan yang tertanam didalam jiwa  yang menampilkan perbuatan-perbuatan dengan  senang tanpa memerlukan  pemikiran dan penelitian. Apabila perbuatan yang  terkeluar iru baik dan terpuji menurut syara dan aqal, perbuatan itu dinamakan  akhlak yang mulia. Sebaliknya apabila terkeluar perbuatan  yang buruk, ia dinamakan akhlak yang buruk.
Nabi Solallohu alaihi wasallam bersabda yang maksudnya: “Sesungguhnya aku diutus adalah untuk menyempurnakan budi pekerti  yang mulia.” (H.R. Ahmad).
Akhlak ataupun budipekerti memegang peranan penting dalam kehidupan  manusia. Akhlak yang baik akan memebedakan antara manusia dengan  hewan. Manusia yang berakhlak mulia, dapat menjaga  kemuliaan dan kesucian jiwanya, dapat mengalahkan  tekanan hawa nafsu syahwat syaitoniah,  berpegang teguh kepada sendi-sendi  keutamaan. Menghindarkan diri dari sifat-sifat  kecurangan, kerakusan dan  kezaliman. Manusia yang  berakhlak mulia, suka tolong menolong sesama insan dan  makhluk lainnya. Mereka senang berkorban untuk kepentingan bersama. Yang kecil  hormat kepada yang tua, yang tua kasih kepada yang  kecil. Manusia yang memiliki budi pekerti yang mulia, senang  kepada kebenaran dan keadilan , toleransi, mematuhi janji, lapang dada dan tenang dalam  menghadapi segala halangan dan  rintangan.
Akhlak yang baik mengangkat manusia ke derajat yang tinggi  dan mulia. Akhlak yang buruk akan membinasakan  seseorang insan dan juga akan  membinasakan ummat manusia. Manusia yang mempunyai akhlak  yang buruk senang melakukan sesuatu yang merugikan  orang lain. Senang melakukan  kekacauan, senang melakukan perbuatan yang tercela,  yang akan membinasakan diri dan masyarakat seluruhnya. Rasulloh solallohu alaihi wasallam bersabda:
“Orang Mukmin yang paling sempurna  imannya, ialah yang paling baik akhlaknya.” (H.R. Ahmad).
Pengertian Akhlak dalam Kamus besar Bahasa Indonesia, akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan. Dalam bahasa Arab kata Akhlak (akhlaq) diartikan sebagai tabiat, perangai, kebiasaan, bahkan agama . Meskipun katan akhlak  berasal  dari Bahasa Arab, tetapi kata akhlak tidak terdapat  di dalam al-Qur’an. Kebanyakan kata akhlak  dijumpai dalam hadits. Satu-satunya kata  yang ditemukan dalam  al-Qur’an adalah bentuk tunggal, yaitu khuluq, tercantum dalam surat al-Qalam ayat 4. yaitu:
Artinya:”Dan bahwasanya sesungguhnya engkau (Muhammad) mempunyai ahlak  yang amat mulia.” (Al-Qalam:4).
Dalam (http://id.wikipedia.org/wiki/Akhlak). Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara asadar  untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.  Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab  yang berarti perangai, tingkah laku atau  tabiat.
Dalam Tiga pakar dibidang akhlak yaitu Ibnu  Miskawaih Al Ghazali, dan Ahmad Amin menyatakan  bahwa  akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang  yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu. Akhlak merupakan tolak ukur  kesempurnaan iman seorang hamba sebagaimana telah disabdakan  oleh rasulullah shalallohu alaihi wasallam: “Orang mu’min yang paling sempurna imannya  ialah yang terbaik akhlaknya.” (H.R. Tirmidzi, dari Abu Hurairah radhiallohu ‘anhu, diriwayatkan juga oleh Ahmad. Dishahihkan oleh  Al Bani dalam Ash Shahihah No. 284 da 751.)
Dalam  riwayat Bukhari  dan Muslim  dari Abdillah bian Amr bin Al ‘Ash  radhiallohu anhuma disebutkan:”Sesungguhnya  sebaik-baik kalian ialah yang terbaik akhlaknya.”
Abu Hurairah radhiallohu ‘anhu mengabarkan bahwa suatu  saat rasululloh pernah ditanya tentang kriteria  orang yang paling banyak masuk syurga. Beliau menjawab:”Taqwa kepada Allah dan Akhlak yang Baik.” (hadits Shahih Shahih Riwayat Tirmidzi, juga  diriwayatkan oleh Imam  Ahmad).
Tatkala Rasululloh solallohu alaihi wasallam menasehati sahabatnya beliau berkata:”Bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkau berada  dan balaslah perbuatan buruk dengan perbuatan baik  niscaya kebaikan itu akan menutupi  kejelekan dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik.” (HR. Tirmidzi).
Dalam timbangan (mizan) amal pada hari kiamat tidak ada yang lebih berat  daripada akhlak  yang baik, sebagaimana sabda rasul:” Sesuatu yang paling berat dalam mizan (timbangan seorang hamba)  adalah akhlak  yang baik.”(H.R. Abu Daud dan Ahmad).
Dari Jabir radiallohu ‘anhu berkata: Rasululloh solallohu alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya orang yang paling saya kasihi  dan yang paling dekat padaku majelisnya di hari kiamat ialah yang terbaik  budi pekertinya.” (H.R. Tirmidzi).
Dari Hadits-hadits tersebut dapat dipahami bahwa  yang paling baik memiliki keutamaan yang tinggi . Karena itu sudah sepantasnya setiap muslimah mengambil akhlak yang baik  sebqagai perhiasan. Yang perlu diingat bahwa ukuran baik atau  buruk sesuatu akhlak bukan ditimbang menurut selera individu, bukan pula hitam putih akhlak itu menurut ukuran  adat  yang dibuat manusia. Karena  boleh jadi, yang dianggap baik oleh adat bernilai jelek menurut  timbangan syari’at atau sebaliknya.
Dalam (www.mediamuslim.info) Jelas bagi kita bahwa semuanya berpatokan pada syari’at, dalam  semua masalah termasuk akhlak.  Allah sebagai pembuat syari’at ini, Maha Tahu dengan keluasan  ilmu’Nya apa yang mendatangkan  kemaslahatan/ kebaikan bagi hamba-hambanya.
Pengertian akhlak menurut Sarjana Islam (alias.tripod.com/ pengertian akhlak):
  1. Imam Al-Ghazali menyebut akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa . daripada jiwa itu, timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa  melakukan pertimabangan fikiran.
  2. Ahmad Amin  mendefinisikan akhlak sebagai kehendak yang dibiasakan.  Maksudnya, sesuatu yang mencirikan akhlak itu ialah  kehendak yang dibiasakan. Artinya kehendak itu apabila  membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinakmakan akhlak Ahmad Amin menjelaskan arti kehendak itu ialah ketentuan  daripada beberapa keinginan  manusia. Manakala kebiasaan pula ialah perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah melakukannya. Daripada kehendak dan kebiasaan ini  mempunyai kekuatan kearahmenimbulkan apa yang disebut akhlak.
  3. Ibnu Maskawayh mengatakan akhlak ialah  suatu keadaan bagi diri atau jiwa yang mendorong  (diri atau jiwa itu) untuk melakukan  perbuatan dengan senang tanpa didahului oleh  daya pemikiran karena sudah menjadi kebiasaan.
Toto Suryana dkk. Membagi akhlak ke dalam 3 (tiga) bagian, di  antaranya adalah:
  1. a. Akhlak terhadap Allah
Akhlak yang baik kepada Allah berucap dan bertingkah laku yang terpuji terhadap Allah Swt., baik melalui ibadah langsung kepada Allah, seperti salat, puasa dan sebagainya, maupun melalui perilaku-perilaku tertentu yang mencerminkan hubungan atau komunikasi dengan Allah di luar ibadah itu.
Berakhlak yang baik antara lain melalui:
1)                  Beriman, yaitu meyakini wujud dan keesaan Allah serta meyakini apa yang difirmankan-Nya, seperti iman kepada malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul, hari kiamat dan qadha dan qadar. Beriman merupakan fondamen dari seluruh bangunan akhlak Islam, Jika iman telah tertanamdi dada, maka ia akan memancar kepada seluruh perilakusehingga membentuk kepribadian yang menggambarkan akhlak Islam.
2)                  Taat, yaitu patuh kepada segala perintah-Nya dan menjauhkan segala larangan-Nya. Sikap taat kepada perintah Allah, merupakan sikap yang mendasar setelah beriman. Ia merupakan gambaran langsung dari adanya iman di dalam hati.
3)                  Ikhlas, yaitu melaksanakan perintah Allah dengan pasrah dan mengharapkan sesuatu, kecuali keridhaan Allah.
4)                  Khusyuk, yaitu melaksanakan perintah dengan sungguh-sungguh. Khusyuk melahirkan ketenangan batin dan perasaan bahagia pada orang yang melakukannya. Karena itu, segala bentuk perintah yang dilakukan dengan khusyuk melahirkan kebahagiaan hidup.
5)                  Husnudzan, yaitu berbaik sangka kepada Allah. Apa saja yang diberikan-Nya merupakan pilihan yang terbaik untuk manusia. Berprasangka baik kepada Allah merupakan gambaran harapan dan kedekatan seseorang kepada-Nya sehingga apa saja yang diterimanyadipandang sebagai yang terbaik bagi dirinya. Oleh karena itu, seorang yang husnudzan tidak akan mengalami perasaan kecewa atau putus asa yang berlebihan.
6)                  Tawakal, yaitu mempercayakan diri kepada Allah dalam melaksanakan suatu kegiatan atau rencana. Sikap tawakal merupakan gambaran dari sabardan menggambarkan kerja keras dan sungguh-sungguh dalam melaksanakan suatu rencana. Apabila rencana tersebut menghasilkan keinginan yang diharapkan atau gagal dari harapan yang semestinya. Ia akan mampu menerimanya tanpa penyesalan.
7)                  Syukur, yaitu mengungkapkan rasa syukur kepada Allah atas nikmat yang telah diberikan-Nya. Ungkapan syukur dilakukan dengan kata-kata dan perilaku. Ungkapan dalam bentuk kata-kataadalah mengucapkan hamdallah setiap saat, sedangkan bersyukur dengan perilaku dilakukan dengan cara menggunakan nikmat Allah sesuai dengan kemestiannya. Misalnya, nikmat diberi mata, maka bersyukur terhadap nikmat itu dilakukan dengan menggunakan mata untuk melihat hal-hal yang baik, seperti membaca, mengamati alam dan sebagainya yang mendatangkan manfaat.
8)                  Bertasbih, yaitu mensucikan Allah dengan ucapan, yaitu memperbanyak mengucapkan “subhanallah” (Maha Suci Allah) serta menjauhkan perilaku yang dapat mengotori nama Allah Yang Maha Suci.
9)                  Istighfar, yaitu meminta ampun kepada Allah atas segala dosa yang pernah dibuat dengan mengucapkan “astaghfirullahal adzim” (aku memohon ampunan kepada Allah Yang Maha Agung). Sedangkan istighfar melalui perbuatan dilakukan dengan cara tidak mengulangi dosa atau kesalahan yang telah dilakukan.
10)              Takbir, yaitu mengagungkan Allah dengan membaca Allahu Akbar (Allah Maha Besar). Mengagungkan Allah melalui perilaku adalahmengagungkan nama-Nya dalam segala hal, sehingga tidak menjadikan sesuatu melebihi keagungan Allah. Tidak mengagungkan yang lain melampaui keagungan Allah dalam berbagai konteks kehidupan, baik melalui kata-kata maupun dalam tindakan.
11)              Doa, yaitu meminta kepada Allah apa saja yang diinginkan dengan cara yang baik sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah. Do’a adalah cara membuktikan kelemahan manusia di hadapan Allah, karena itu berdo’a merupakan inti dari ibadah. Orang yang tidak suka berdo’a adalah orang yang sombong, sebab ia tidak mengakui kelemahan dirinya di hadapan Allah.
  1. b. Akhlak terhadap Manusia
  2. Akhlak terhadap Diri Sendiri
a).  Setia (al-Amanah), yaitu sikap pribadi setia, tulus hati dan jujur dalam melaksanakan sesuatu yang dipercayakan kepadanya, baik berupa harta, rahasia, kewajiban atau kepercayaan lainnya.
Allah berfirman:
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Q.S. An-Nisaa, 4: 58)
b).    Benar (as-Shidqatu), yaitu berlaku benar dan jujur baik dalam perkataan maupun perbuatan.
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar. (Q.S. at-Taubah, 9: 119)
c).  Adil (al-Adlu), yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya. Adil terdiri atas adil perseorangan, yaitu tindakan memberikan hak kepada yang mempunyai hak tanpa menguranginya. Adil dari segi hukum atau masyarakat adalah memutuskan suatu perkara sesuai dengan hukum, tanpa memandang latar belakang. Pemerintah yang adil adalah yang mengusahakan rakyatnya sejahtera. Firman Allah:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al-Maidaah, 5: 8)
Kebalikan dari sifat adil adalah dzalim, yaitu menetapkan suatu keputusan hukum secara berat sebelah atau tidak seimbang; merugikan fihak lainnya, memutarbalikkan fakta, atau mengambil hak orang lain secara melampaui batas, sehingga orang lain teraniaya.
d).    Memelihara Kesucian diri (al-Ifafah)
Yaitu menjaga dan memelihara kesucian dan kehormatan diri dari tindakan tercela, fitnah dan perbuatan yang dapat mengotori dirinya. Firman Allah:
Artinya: sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, (Q.S. as-Syams, 91: 9)
Akhlak mazmumah dari ifafah ini adalah budak nafsu, yaitu mengikuti keinginan hawa nafsu dan emosinya. Sehingga apa saja yang diinginkannya dilakukannya tanpa mempertimbangkan baik atau buruk, halal atau haram.
e). Malu (al-Haya), yaitu malu terhadap Allah dan diri sendiri dari perbuatan melanggar perintah Allah. Perasaan ini dapat mencegah orang berbuat buruk dan nista. Malu itu tidak membuahkan kecuali kebaikan (H.R. Mutafaq ‘alaih)
f).  Keberanian (as-Syajaah), yaitu sikap mental yang menguasai hawa nafsu dan berbuat menurut semestinya. Sabda Rasul:
Bukanlah yang dinamakan pemberani orang yang kuat bergulat, sesungguhnya pemberani itu ialah orang yang sanggup menguasai hawa nafsunya di kala marah. (H.R. Mutafaq ‘alaih) .
Akhlak mazmumah adalah penakut, tidak mau berisiko dan pengecut. Sikap-sikap yang jelek dan menghancurkan nilai kemanusiaan.
g). Kekuatan (al-Quwwah) terdiri atas kekuatan fisik, jiwa atau semangat dan pikiran atau kecerdasan. Kekuatan fisik dipeliharamelalui makanan dan pemeliharaan kesehatan dan kebugaran sehingga tidak mudah kena penyakit. Kekuatan jiwa adalah ketangguhan menerima cobaan dan kesiapan melakukan perjuangan, tidak mudah lemah atau putus asa. Kekuatan pikiran adalah kesiapan dan semangat mencari dan mengembangkan pikiran dan mencari pengetahuan atau keterampilan. Kebalikan dari kekuatan adalah kelemahan baik fisik, jiwa, semangat, pikiran atau kecerdasan.
h).  Kesabaran (as-Shabru) terdiri atas kesabaran ketika ditimpa musibah dan kesabaran dalam mengerjakan sesuatu. Sabar ketika ditimpa musibah adalah sikap hati dalam menghadapicobaan. Ketika musibah menimpa segera ingat kepada Allah dan berusaha menanggulanginya. Sabar dalam mengerjakan sesuatu adalah semangat menghadapi pekerjaandan tugas hidup. Kebalikan sikap sabar adalah putus asa dan kemalasan.
i).  Kasih sayang (ar-Rahman), yaitu sifat mengasihi terhadap diri sendiri, orang lain dan sesama mahluk. Sifat kasih sayang melahirkan sikap pemurah, tolong menolong, pemaaf, damai (ishlah), persaudaraan dan silaturahmi. Kebalikan dari akhlak ini (mazmumah) adalah kebencian, egoisme, individualisme, bakhil, dendam, dan adu domba.
j).    Hemat (al-Iqtishad), yaitu sikap hemat yang meliputi hemat terhadap harta, hemat tenaga dan hemat waktu. Firman Allah:
Artinya: Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. (Q.S. Al-Furqaan, 25: 67)
Kebalikan dari sikap hemat adalah boros, baik dalam kaitan uang, waktu, maupun tenaga. Boros termasuk akhlak mazmumahyang harus dihindarkan, karena akibatnya dapat melahirkan kekecewaan. Boros keuangan atau kekayaan menyebabkan penyesalan karena jatuh miskin. Boros atau menghambur-hamburkan waktu melahirkan penyesalan karena waktu yang lewat tidak dapat diulangi. Demikian juga boros tenaga hanya dapat melahirkan kelelahan yang sia-sia.
  1. Akhlak terhadap Keluarga
    1. Akhlak terhadap Orang Tua
Orang tua menjadi sebab adanya anak-anak, karena itu akhlak terhadap orang tua sangat ditekankan oleh ajaran Islam. Bahkan berdosa kepada orang tua termasuk dosa besar yang siksanya tidak hanya diperoleh di akhirat, tetapi juga selagi hidup.
Prinsip-prinsip dalam melaksanakan akhlak mahmudah terhadap orang tua adalah:
1)            Patuh, yaitu mentaati perintah orang tua, kecuali perintah itu bertentangan dengan perintah Allah
2)            Ihsan, yaitu berbuat baik kepada mereka sepanjang hidupnya
3)            Lemah lembut dalam perkataan maupun tindakan
4)            Merendahkan diri di hadapannya
5)            Berterimakasih
6)            Berdo’a untuk mereka atau meminta do’a kepada mereka
  1. Akhlak terhadap Suami-istri
Suami-istri merupakan ikatan yang menghubungkan kasih sayang laki-laki dan perempuan. Dalam keluarga hubungan itu melahirkan komunikasi, baik dengan kata-kata maupun perilaku. Jika komunikasi itu didasari kasih sayang yang tulus, maka akan lahir hubungan yang harmonis. Kasih sayang ditampilkan dalam bentuk perhatian melalui kata-kata dan sikap.
  1. Akhlak terhadap Anak
Akhlak terhadap anak adalah memberinya perhatian dan kasih sayang yang sangat dibutuhkan anak. Merawat, mengasuh, membimbing dan mengarahkan anak merupakan bagian yang sangat penting dalam mengembangkan akhlak yang baik. Bergaul dengan anak pada dasarnya merupakan pendidikan bagi anak-anak. Bagaimana orang tua berkata dan bertindak akan menjadi bagian dari contoh perilaku yang akan dilakukan anak.
  1. Akhlak terhadap Tetangga
Akhlak terhadap tetangga merupakan perilaku yang terpuji. Tetangga merupakan orang yang paling dekat secara sosial, karena itu menjadi prioritas untuk diperlakukan secara baik, sehingga dapat terjalin hubungan yang harmonis dalam bentuk tolong menolong dan sebagainya. Berbuat baik kepada tetangga sangat dianjurkan oleh Rasulullah. Beliau merinci hak tetangga sebagai berikut:
Hak tetangga yaitu: Kalau ia ingin meminjam hendaklah engkau pinjamkan; kalau ia minta tolong, hendaklah engkau tolong; kalau ia sakit, hendaklah engkau lawat; kalau ia ada keperluan, hendaklah engkau beri; kalau ia miskin, hendaklah engkau beri bantuan; kalau ia mendapat kesenangan, hendaklah engkau ucapkan selamat; kalau ia dapat kesusahan, hendaklah engkau hibur; kalau ia meninggal, hendaklah engkau antar jenazahnya. Janganlah engkau bangun rumah lebih tinggi dari rumahnya. Janganlah engkau susahkan ia dengan bau masakanmu kecuali engkau berikan kepadanya masakanmu itu. Jika engkau beli buah-buahan hendaklahengkau hadiahkan kepadanya, dan kalau tidak engkau beri, bawalah masuk ke dalam rumahmu dengan sembunyi, dan jangan engkau beri anakmu bawa keluar buah-buahan itu, karena nanti anaknya inginkan buah itu (H.R. Abu Syaikh).
4.      Akhlak terhadap Lingkungan
Seorang muslim memandang alam sebagai milik Allah yang wajib disyukuri dengan cara mengelolanya dengan baik agar bermanfaat bagi manusia dan bagi alam itu sendiri. Pemanfaatan alam dan lingkungan hidup bagi kepentingan manusia hendaknya disertai sikap tanggung jawab untuk menjaganya agar tetap utuh dan lestari.
Berakhlak kepada lingkungan alam adalah menyikapinya dengan cara memelihara kelangsungan hidup dan kelestariannya. Agama Islam menekankan agar manusia mengendalikan dirinya dalam mengeksploitasi alam, sebab alam yang rusak akan dapat merugikan bahkan menghancurkan kehidupan sendiri.
Seorang muslim dituntut untuk menebarkan rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil alamin), yaitu memandang alam dan lingkungannya dengan rasa kasih sayang. (Toto Suryana, dkk., 1997: 189—196)
  1. 3. Pendidikan Akhlak
Dalam (www.geocities.com….sindex) Pendidikan Akhlak mencakup pendidikan agama (dalam pengertian sempit), Pendidikan Akhlak (dalam arti sempit), Pendidikan Intelektual, Pendidikan moral, Pendidikan Mental  Pendidikan spiritual, Pendidikan sosial, pendidikan seni pendidikanjasmani, pendidikan militer, pendidikan tehnik,  pendidikan kejurunan.
Pendidikan akhlak karimah menuntun , membimbing pribadi, umat, generasi untuk menyadari  akan hak-hak dan kewajibannya. Menghargai tanggungjawabnya terhadap diri, keluarga, masyarakat, umat manusia dan  dunia seluruhnya. Menghormati  hak-hak dan perasaan orang lain., memiliki perasaan ingin  berkhidmat (beramal shaleh) kepada orang banyak. Mencintai sesama manusia dan  bekerjasama dengan mereka, memiliki pekerjaan sebagai  sumber kehidupan, memiliki kecakapan sosial, ekonomi, dan  politik.
Tujuan Pendidikan Rasululloh adalah untuk menuntun,  membimbing manusia kepada jalan Tuhanmu. Sebagaimana firman Allah:
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui    orang – orang   yang  mendapat  petunjuk. (  al – Qur’an
Terjemah   depag. 1989: 421)
Manusia itu harus  dituntun, dibimbing, di didik menjadi berakhlak karimah , karena antara lain “manusia itu amat  zhalim dan amat bodoh”
Rasululloh menuntun, membimbing, mendidik manusi  agar memiliki motivasi (niat ikhlas) untuk meraih hasanah  di dunia dan hasanah di akhirat, terbebas dari siksa neraka . Keyakinan akan mendapat syurga dan terbebas dari siksa neraka  itu menumbuhkan semangat juang, ruh  jihad yang luar biasa, tanpa keyakinan itu akan tumbuh  ruh jihad.
Tujuan pendidikan rasululloh bukan hanya sekedar untuk kajian-kajian, referensi mental,  koleksi ilmu, dan lain-lain, tetapi  siap menerima perintah untuk dilaksanakan, diamalkan.
B.     Penanggulangan Kenakalan Remaja
  1. 1. Konsep Kenakalan Remaja
Kartono (2003:38)  (www.damandiri.or.id/file/ulfahmaria)  definisi kenakalan remaja bisa disebut  dengan istilah Juvenile berasal dari bahasa Latin Juvenilis, yang artinya anak-anak , anak muda , ciri karakteristik pada masa muda, sifat-sifat khas  pada periode remaja, sedangkan  deliquent  berasal dari bahasa  latin “delinquere”  yang berarti terabaikan, mengabaikan,  yang kemudian  diperluas artinya menjadi jahat, nakal, anti sosial, kriminal,  pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau , peneror, durjana dan lain-lain . Juvenile delinquency atau kenakalan  remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan anak-anak  muda, merupakan gejala  sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan  remaja yang disebabakan oleh satu bentuk pengabaian sosial , sehingga mereka  mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Istilah kenakalan remaja  mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku  yang tidak dapat  diterima sosial sampai  pelanggaran status hingga tindak kriminal.
Mussen dkk (1994) dalam (www.damandiri.or.id/file/ulfahmaria)  mendefinisikan kenakalan remaja  sebagai perilaku yang melanggar hukum  atau kejahatan yang biasanya dilakukan oleh  remaja berusia 16-18 tahun, jika perbuatan ini dilakukan oleh  orang dewasa maka akan mendapat sangsi hukum.
Hurlock  (1973) dalam(www.damandiri.or.id/file/ulfahmaria)    juga mengatakan kenakalan remaja  adalah tindakan  pelanggaran hukum  yang dilakukan oleh remaja, dimana tindakan  tersebut dapat membuat  seseorang individu yang melakukannya masuk penjara.
Sama halnya dengan Conger (19776) dan  Dusek (1977) dalam (www.damandiri.or.id/file/ulfahmaria)mendefinisikan kenakalan yang dilakukan  oelh seseorang  individu yang berumur dibawah 16 dan 18 tahun yang melakukan perilaku yang dapat  dikenai sangsi atau hukuman.
Sarwono (2002) dalam (www.damandiri.or.id/file/ulfahmaria)   mengungkapkan kenakalan remaja sebagai tingkah laku yang menyim-
pang dari  norma-norma hukum  hukum pidana.
Fuhrmann (1990) dalam (www.damandiri.or.id/file/ulfahmaria)   menyebutkan bahwa kenakalan remaja  suatu tindakan  anak muda yang dapat  merusak dan mengganggu, baik  terhadap diri sendiri maupun orang lain.
Santrock (1999) dalam (www.damandiri.or.id/file/ulfahmaria)   juga menambahkan  kenakalan remaja sebagai kumpulan perilaku, dari perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial  sampai tindakan kriminal.
Secara umum kenakalan remaja didefinisikan sebagai suatu sikap dan perilaku yang menyimpang dari aturan sosial, adat, hukum, dan agama. Tim Penulis Sosiologi (1996: 107) dalam (www.damandiri.or.id/file/ulfahmaria)    mendefinisikan kenakalan remaja sebagai berikut: “Kenakalan Remaja adalah istilah terjemahan dari kata juvenille delinquency dan dirumuskan sebagai suatu kelainan tingkah laku, perbuatan atau pun tindakan remaja yang bersifat asosial, bahkan anti sosial yang melanggar norma-norma sosial, agama, serta ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat”.
Pengertian kenakalan  remaja akhir-akhir ini mulai bergeser. Hal
tersebut karena adanya perilaku remaja mengarah kepada tindak kejahatan (kriminalitas). Sebagai contoh, bentuk kenakalan remaja pada masa lalu hanya terbatas pada tindakan-tindakan kecil seperti kabur dari rumah, menipu orang tua dan tindakan sejenisnya, namun saat ini bentuk kenakalan remaja sudah semakin memprihatinkan mulai dari pencurian sampai kepada penyalahgunaan narkotika di kalangan remaja.
  1. 2. Bentuk-bentuk Kenakalan remaja
Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya, bentuk-kenakalan remaja akhir-akhir ini semakin memprihatinkan. Bentuk-bentuk kenakalan remaja yang akan dibahas di sini antara lain:
  1. Penyalahgunaan narkoba dan obat-obatan terlarang;
  2. Pergaulan bebas yang mengarah perilaku seks bebas (free sex);
  3. Tindakan yang bersifat premanisme;
  4. Peredaran media hiburan yang bersifat pornografi.
Bentuk kenakalan remaja yang sedang mendapat sorotan tajam dari berbagai pihak adalah peredaran dan penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang di kalangan pelajar.
Selain peredaran dan penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang, pergaulan bebas di kalangan remaja kita juga mulai marak. Bentuk pergaulan bebas di kalangan remaja khususnya pelajar dapat kita lihat dari  banyaknya remaja yang melakukan hubungan seksual di luar nikah. Hal tersebut sedikit banyak dipengaruhi adanya gaya hidup kebarat-baratan yang ditontonnya dari berbagai media massa.
  1. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan Remaja.
Kenakalan remaja sebagai suatu fenomena sosial yang terjadi di sekitar kita dapat timbul karena disebabkan oleh beberapa hal. Zakiah Darajat (1999: 41) mengungkapkan sebab-sebab timbulnya kenakalan remaja antara lain:
  1. Lemahnya pendidikan agama di lingkungan keluarga;
  2. Kemerosotan moral dan mental orang dewasa;
  3. Pendidikan dalam sekolah yang kurang baik;
  4. Adanya dampak negatif dari kemajuan teknologi;
  5. Tidak stabilnya kondisi sosial, politik, ekonomi.
Secara luas, sebab-sebab kenakalan remaja dapat kita bedakan menjadi dua, yaitu sebab intern dan sebab ekstern. Sebab intern berasal dari pribadi remaja itu sendiri, sedangkan sebab ekstern datang dari lingkungan sekitar remaja.
Yang tergolong sebab yang datang dari pribadi remaja itu sendiri (sebab intern) diantaranya:
  1. Cacat keturunan yang bersifat biologis dan psikis;
  2. Pembawaan negatif dan sukar untuk dikendalikan serta mengarah ke perbuatan nakal;
  3. Pemenuhan kebutuhan pokok yang tidak seimbang dengan keinginan remaja, sehingga menimbulkan konflik pada dirinya yang penyalurannya atau jalan keluar ke arah perbuatan nakal;
  4. Lemahnya kemampuan pengawasan diri sendiri serta sikap menilai terhadap keadaan sekitarnya;
  5. Kurang mampu mengadakan penyesuaian dengan lingkungan-lingkungan yang baik, sehingga mencari pelarian dan kepuasan
dalam kelompok-kelompok nakal;
  1. Tidak mempunyai kegemaran yang sehat, sehingga canggung dalam tingkah laku di dalam kehidupan sehari-hari yang akibatnya dapat mencari pelarian atau mudah dipengaruhi oleh perbuatan maksiat.
Sedangkan penyebab yang datang dari luar diri remaja (sebab ekstern) di antaranya:
  1. Rasa cinta dan perhatian  yang kurang, terutama dari orang tua dan guru di sekolah;
  2. Kegagalan pendidikan di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan masyarakat;
  3. Pengawasan yang kurang dari orang tua, guru, dan masyarakat;
  4. Kurangnya penghargaan terhadap remaja oleh lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat;
  5. Kurangnya sarana-prasarana dan pengarahan serta pemanfaatan waktu senggang remaja;
  6. Cara-cara pendekatan yang tidak sesuai dengan perkembangan remaja oleh orangtua, guru, masyarakat dan pemerintah;
  7. Cara-cara pendekatan kepada remaja yang tidak sesuai dengan perkembangan masyarakat;
  8. Terbukanya kesempatan terhadap minat buruk remaja untuk berbuat nakal, baik oleh orang tua, guru atau masyarakat.
Selain sebab-sebab yang dapat menimbulkan kenakalan remaja, terdapat dua faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi kenakalan remaja. Ada faktor yang dapat mengurangi tingkat kenakalan remaja (faktor positif) dan ada juga faktor yang justru mendorong timbulnya kenakalan remaja (faktor negatif).
Faktor-faktor yang dapat mengurangi tingkat kenakalan remaja (faktor positif) di antaranya:
  1. Masih ada dan masih diakuinya norma-norma agama dan norma-norma sosial oleh sebagian besar anak-anak, remaja, maupun orang dewasa;
  2. Masih adanya selalu usaha-usaha ke arah penegakan norma yang berlaku di masyarakat;
  3. Daya tahan dan sikap menilai terhadap pengaruh negatif dari sebagian besar golongan di masyarakat masih kuat;
  4. Susunan dan ikatan-ikatan sosial masyarakat Indonesia masih memungkinkan adanya kontrol terhadap pelanggaran-pelanggaran norma.
Sedangkan foaktor-faktor yang justru memungkinkan timbulnya kenakalan remaja (faktor negatif) antara lain:
  1. Situasi sosial politik yang kurang menguntungkan;
  2. Keadaan sosial ekonomi yang belum kuat;
  3. Suasana sosial psikologi yang belum stabil;
  4. Kesehatan fisik dan mental masyarakat yang belum mantap;
  5. Perkembangan teknologi yang belum seimbang dengan kesiapan mental masyarakat untuk menerimanya;
  6. Perkembangan komunikasi massa yang besar menyebabkan frekuensi peniruan yang besar.
  7. 4. Upaya Penanggulangan Kenakalan Remaja
Masalah kenakalan remaja dewasa ini menunjukkan kecenderungan meningkat secara kuantitatif bahkan secara kualitatif, sehingga perlu diambil langkah-langkah positif dan lebih terarah. Jika masalah kenakalan remaja ini tidak segera ditanggulangi, dikhawatirkan akan mengakibatkan meluasnya dekadensi moral remaja. Lebih jauh lagi, masalah kenakalan remaja menyangkut nasib dan harapan remaja sekarang dan hari depan generasi muda dalam rangka kepentingan nasional. Oleh karena itu, masalah kenakalan remaja  harus ditanggapi dan ditanggulangi secara nasional dan dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua lapisan masyarakat. Kalau masalah ini dibiarkan begitu saja, akan menimbulkan kehidupan remaja yang tidak tertib, keamanan dan ketertiban umum terganggu dan selanjutnya akan menimbulkan gangguan dan bahaya terhadap kondisi nasional.
Upaya penanggulangan kenakalan remaja menurut Tim sosiologi (1990:109 – 110) dalam buku Panduan Belajar Sosiologi, dibedakan kedalam tiga upaya, yaitu preventif (pencegahan), upaya represif (pemberian hukuman) dan upaya kuratif (penyembuhan).
Upaya preventif yang dapat dilakukan dalam rangka mencegah timbulnya kenakalan remaja di antaranya:
  1. Peningkatan kesejahteraan keluarga;
  2. Mendirikan klinik bimbingan psikologi dan edukatif untuk memperbaiki tingkah laku dan membantu kesulitan mereka;
  3. Mendirikan lembaga rehabilitasi untuk memberikan latihan kreativitas kepada anak-anak dan para remaja yang membutuhkan;
  4. Membuat badan supervisi dan pengontrol terhadap kegiatan remaja  delinquen (remaja yang nakal), disertai program yang korektif;
  5. Mendirikan badan pengadilan khusus anak dan remaja;
  6. Menyelenggrarakan diskusi kelompok dan bimbingan kelompok untuk usaha membangun kontrak manusiawi di antara para remaja delinquen dengan masyarakat luar, sehingga kita dapat memahami jenis kesulitan dan gangguan pada diri remaja;
  7. Mendirikan tempat latihan untuk menyalurkan kreativitas para
remaja delinquen dan non-delinquen, seperti latihan vokasional (kejuruan / keterampilan),   atau juga    latihan   hidup  bermasya-
rakat dan lain-lain.
Sedangkan tindakan represif (hukuman) yang dapat diberikan kepada para remaja delinquen dilakukan dengan cara menerapkan hukuman yang sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. Tujuan pemberian hukuman itu adalah agar timbul efek jera serta pengaruhnya dapat menggugah hati nurani remaja tersebut untuk hidup mandiri, layak, dan terhormat.
Jika seorang remaja sudah terlanjur  melakukan tindakan kenakalan, maka perlu diadakan upaya kuratif (penyembuhan). Upaya kuratif yang dapat dilakukan di antaranya:
  1. Menghilangkan semua sebab musabab timbulnya kejahatan remaja, baik yang bersifat pribadi, keluarga, masyarakat,
ekonomi dan adat-istiadat atau budaya;
  1. Memindahkan anak-anak atau remaja nakal ke sekolah yang lebih baik, atau ke tengah lingkungan sosial yang baik;
  2. Memberikan latihan bagi para remaja untuk hidup teratur, tertib dan disiplin;
  3. Menggiatkan organisasi pemuda dengan program-program latihan keterampilan (vokasional) untuk mempersiapkan anak remaja delinquen itu bagi pasaran kerja dan hidup di tengah masyarakat;
  4. Memperbanyak lembaga latihan kerja dengan program kegiatan pembangunan;
  5. Mendirikan klinik psikologi untuk meringankan dan memecahkan konflik emosional dan gangguan kejiwaan lainnya.
5.      Peranan Pendidikan Akhlak dalam Keluarga
Salah satu faktor timbulnya kenakalan remaja adalah lemahnya pengawasan dari orang tua.  Hal tersebut mungkin dikarenakan terlalu sibuknya orang tua dalam bekerja. Oleh karena itu, untuk mencegah timbulnya kenakalan remaja orang tua hendaknya dapat mengantisipasi dengan memberikan bimbingan dan pengawasan yang kuat terhadap anak-anak, khususnya yang menginjak masa remaja. Bimbingan dari orang tua dapat berupa penanaman sifat keberagamaan, moral dan sosial.
“Keluarga mempunyai tugas  menanamkan sifat keberagamaan, moral, dan sosial yang harus ditunaikan sebaik-baiknya dalam rangka memperoleh kehidupan yang mulia, sehat, penuh dengan kebijaksanaan, akal dan logika, rasa sosial yang sehat, penyesuaian psikologis dengan diri sendiri dan orang lain, serta cinta tanah air”  (Imi Khuzami, 2004:29).
Setelah terwujud suasana keluarga yang harmonis dan orang tua mampu memberikan bimbingan maupun pengawasan yang kuat terhadap anak, maka lingkungan sosial pun perlu memberikan kontribusi yang nyata terhadap pencegahan kenakalan remaja. Masyarakat dapat berperan serta dengan menciptakan kondisi sosial yang religius. Penciptaan kondisi sosial tersebut dapat berupa adanya pengajian-pengajian khusus remaja atau pendirian lembaga-lembaga keagamaan yang melibatkan seluruh kalangan masyarakat. Dengan terciptanya kondisi sosial yang religius, maka kecil kemungkinan para remaja untuk melakukan perbuatan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Remaja memiliki bakat dan kemampuan yang cukup bermanfaat bagi dirinya dan lingkungan masyarakatnya.  Potensi yang ada pada remaja tersebut harus didukung dan dikembangkan dengan optimal. Pengembangan potensi remaja tersebut dapat dilakukan dengan mengadakan kegiatan positif, misalnya mengaktifkan remaja dalam organisasi kepemudaan, seperti Karang Taruna dan Remaja Mesjid. Adanya kegiatan positif tersebut, akan mengurangi waktu yang memungkinkan remaja berbuat nakal. Kenakalan remaja  diakibatkan tidak adanya saluran yang tepat bagi potensi yang dimilikinya.
Fihak yang turut berperan dalam upaya pencegahan kenakalan remaja selain keluarga dan masyarakat yaitu lembaga-lembaga pendidikan baik formal maupun nonformal. Institusi pendidikan seperti sekolah dapat mereduksi tingkat kenakalan remaja dengan cara meningkatkan efektivitas maupun intensitas pendidikan yang berorientasi pada moral dan etika. Hal tersebut dapat dilakukan baik pada waktu jam belajar maupun di luar jam belajar. Usaha yang dapat dilakukan misalnya dengan mengadakan kegiatan ekstra kurikuler keagamaan baik yang bersifat rutin maupun tahunan seperti penyelenggaraan pesantren kilat setiap bulan Ramadhan atau penyediaan jam pelajaran khusus untuk bimbingan kepribadian siswa.
Upaya pencegahan kenakalan remaja memerlukan kerjasama dari berbagai pihak. Dengan komitmen bersama antara keluarga, masyarakat, dan sekolah maka setidaknya diharapkan akan mampu mencegah meluasnya permasalahan kenakalan remaja.
Jika masyarakat mempunyai sikap apatis terhadap masalah kenakalan remaja dan memandang kenakalan remaja sebagai suatu yang lumrah, maka di situlah terbuka peluang bagi remaja untuk mengikuti gaya hidup remaja lain yang melakukan tindakan menyimpang. Kesadaran masyarakat hendaknya dibangkitkan lagi dengan cara memberikan penyuluhan kepada mereka bahwa tindakan kenakalan remaja selain melanggar norma agama dan susila, juga melanggar ketentuan hukum yang berlaku. Misalnya penyalahgunaan narkoba selain melanggar norma agama juga melanggar hukum pidana.
Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1976 pasal 23 ayat 7 tertulis bahwa: Penyalahgunaan pemakaian obat-obat terlarang (drugs abuses) narkotika selain sebagai korban narkotika. Juga sebagai pelaku kejahatan (offender), sehingga dapat dijatuhi hukuman pidana seperti diatur dalam Undang-undang”.
Sebagaimana kita ketahui, sebagian besar pemakai narkotika adalah remaja usia sekolah. Untuk  memberikan shock therapy, maka pihak yang berwenang harus tegas dalam menindak para pelaku sesuai dengan hukum yang berlaku. Masyarakat juga dapat memberikan hukuman bagi para remaja yang terlibat kenakalan maupun kejahatan dengan cara memberikan sanksi sosial yang akan mempunyai efek psikologis bagi para remaja delinquen. Sanksi sosial yang dapat dilakukan misalnya dengan melarang anak-anak  mereka bergaul akrab dengan para remaja bermasalah tersebut. Cara lain misalnya dengan memberikan perhatian dan pengawasan khusus terhadap para remaja delinquen agar tidak mengulangi lagi perbuatannya atau mempengaruhi remaja lain.
Langkah terakhir dalam upaya penanggulangan kenakalan remaja adalah langkah penyembuhan para remaja delinquen. Salah satu upaya penyembuhan remaja delinquen adalah dengan mengajak para remaja tersebut untuk bergabung dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan, misalnya dengan mengaktifkan para remaja delinquen dalam organisasi kepemudaan maupun dalam kegiatan olah raga yang dinaungi oleh pemerintah tingkat desa. Hal tersebut dilakukan agar para remaja delinquen lebih mampu bermasyarakat dan lebih banyak memanfaatkan waktu untuk hal-hal yang bermanfaat. Dengan diikutsertakannya para remaja delinquen dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan juga mampu membangkitkan semangat mereka untuk berkarya dan mendapat pengakuan yang mungkin selama ini belum diterimanya dari masyarakat.
Perlakuan masyarakat terhadap para remaja delinquen sebaiknya juga dirubah. Jika pandangan masyarakat dulu cenderung memvonis remaja yang nakal adalah sampah masyarakat yang hanya bisa membuat keributan, kerugian, maupun ketidak tentraman masyarakat, maka  sekarang masyarakat harus lebih proporsional dalam menilai remaja. Bagaimana pun remaja adalah manusia yang mempunyai kemampuan untuk memperbaiki diri. Masyarakat umum harus lebih objektif dalam menilai tindakan remaja, bukannya selalu memojokkan remaja dalam posisi yang dianggap selalu salah. Partisipasi masyarakat dalam mendukung kegiatan remaja sangat dibutuhkan meskipun kegiatan positif tersebut diikuti juga oleh para remaja yang pernah terlibat kenakalan remaja atau bahkan mungkin pernah terlibat
tindakan kejahatan.
Faktor lain yang dapat menimbulkan kenakalan remaja adalah faktor lingkungan. Oleh karena itu, orang tua harus berani memindahkan anaknya yang terlibat kenakalan remaja ke lingkungan sosial yang lebih baik. Misalnya dengan cara memasukkan anak ke Pondok Pesantren sehingga tingkah laku  anak yang dulunya nakal dapat lebih terkontrol. Dengan lingkungan sosial yang lebih baik, paling tidak para remaja delinquen akan bisa mengalami perubahan tingkah laku.




BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

  1. A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah Legok didirikan pada tahun 1990 dibawah Yayasan Badan Pembinaan Madrasah. Namun pada tahun 2007 Yayasannya berubah menjadi Yayasan Fajrul Islam Riyadlil Muhtar (YAFIM). Madrasah Tsanawiyah Yayasan Fajrul Islam Riyadlil Muhtar (YAFIM) beralamat di Jalan Pacuan Kuda No. 18 Desa Legokjawa Kecamatan Cimerak Kabupaten Ciamis. MTs  YAFIM Legokjawa termasuk salah satu MTs Yang Status Akreditasinya Diakui dengan Surat Keputusan KEP. KANWIL DEPAG PROVINSI JAWA BARAT dengan Nomor SK : No. Wi/PP.005.1/224/1990, Tanggal 18 April 1990. Kegiatan Belajar mengajar dilaksanakan pada Pagi hari dan status bangunan milik Sendiri.
MTs YAFIM Legokjawa berdiri pada tahun 1990, dengan susunan pengurusnya sebagai berikut:
  1. Ketua        : Anwar
  2. Sekretaris  : Ikin Sodikin
  3. Bendahara : Andi
  4. Pembantu  :   -  Sukirno
-  Rafi’i
-  Juju
Dengan Susunan Panitia pembangunannya adalah:
  1. Ketua                    : Komar
  2. Sekretaris  : Sarif Usman
  3. Bendahara : H. Tahari
  4. Pembantu  : -  Mahmudin
-  Endang R
-  Rafi’i
Sejak didirikan sampai sekarang, Yayasan Fajrul Islam Riyadlil Muhtar (YAFIM) mengalami pergantian kepala sekolah  yakni:
  1. Umar   dari tahun 1990 sampai tahun 2005.
  2. Deri Ruhendi., A.Md. dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009
  3. Edi Juwandi, S.Pd.I sampai dengan sekarang
Visi Madrasah Tsanawiyah Yayasan Fajrul Islam Riyadlil Muhtar (YAFIM) Legokjawa Cimerak : Mewujudkan siswa yang aktif, berprestasi berakhlak Islami, teguh pendirian dan menjadi dambaan masyarakat.
Misi Madrasah Tsanawiyah Yayasan Fajrul Islam Riyadlil Muhtar (YAFIM) Madrasah Tsanawiyah Yayasan Fajrul Islam Riyadlil Muhtar (YAFIM) Legokjawa Cimerak :
  1. Memotivasi siswa untuk meraih prestasi yang tinggi dan siap menjadi pemimpin Mutaqin.
  2. Meningkatkan kualitas diri melalui upaya yang ulet, rajin, terampil, disiplin, berani dan bertanggungjawab.
  3. Menghindarkan kelemahan, kemalasan, kebodohan, dan kemiskinan
hati;
  1. Meningkatkan loyalitas dan kerjasama yang harmonis dengan masyarakat lingkungan.
Untuk mengetahui Jumlah Guru, dan denah ruangan di MTs Legokjawa, maka bisa dilihat dalam daftar tabel berikut ini:
Tabel 1
PEMBAGIAN TUGAS GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR
SEMESTER I DAN II TAHUN PELAJARAN 2008/2009
No. Nama/NIP GOL Jabatan Mata Pelajaran Jml Jam
1 EDI JUWANDI, S.Pd. NIP. 150 269 096 III/d Guru Dewasa Tingkat I Bahasa Inggris 20
2 DADAN NASRULLAH, S.Pd. NIP. 150347782 III/a Guru Madya Bahasa Inggris Fiqih 8 14
3 YANI MULYANI, S.Pd. NIP. 150345100 III/a Guru Madya PKn IPS 14 8
4 DEDE KUSNANDAR, S.Pd.
GTT IPA 24
5 HALIMAH
GTT Qurdis BTQ 14 8
6 YANTI ARDIANTI
GTT B. Indonesia 24
7 ROSIDAH, S.Ag.
GTT Aqidah BTQ 14 6
8 ABUN
GTT Penjaskes 14
9 LENI INDRIA
GTT Seni Budaya Bahasa Daerah 14 84
10 YATI ROHAYATI, SEI.
GTT IPA Matematika
TIK
14 16
6
11 NANANG SUDIAR, S.H.
GTT IPS B. Daerah 24
12 HUSEN FAIZAL H, S.Pd.
GTT Matematika 24
13 MAMAN MANSUR, S.Ag.
GTT SKI B. Arab 4 14
14 ADE DARMAWAN, S.IP.
GTT IPS B. Indonesia
SKI
4 4
10


Gambar 2
DENAH RUANG
MTs YAFIM LEGOKJAWA CIMERAK


RUANG OSIS           RUANG KELAS                                             K
IX-A                               PARKIR       C
M



U                                                                       RUANG
GURU/TU




RUANG
KELAS VII-A


RUANG
KELAS VII-B


MUSHOLA     MADRASAH        RUANG             RUANG            RUANG
KELAS VIII-C KELAS VIII-B KELAS VIII-A

Tabel 2
KOMPOSISI ROMBONGAN BELAJAR DAN JUMLAH SISWA
TAHUN PELAJARAN 2008/2009
KELAS BANYAK KELAS JUMLAH MURID JUMLAH
Laki-laki Perempuan
VII 2 33 25 58
VIII 3 53 29 82
IX 1 16 14 30
Jumlah 6 102 68 170

  1. B.
  2. C.
  3. D. Peranan Pendidikan Akhlak dalam Upaya Penanggulangan Kenakalan Remaja di Madrasah Tsanawiyah (MTs.) Yayasan Fajrul Islam Riyadlil Muhtar (YAFIM) Legokjawa, Cimerak.
Berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara dan pengumpulan data melalui angket, untuk mengetahui Peranan Pendidikan Akhlak di MTs Madrasah Tsanawiyah (MTs) Yayasan Fajrul Islam Riyadlil Muhtar (YAFIM) Legok Jawa, dapat dikemukakan sebagai berikut:
  1. 1. Menganalisa Data Peranan Pendidikan Akhlak ( Variable X )
Dari angket yang telah disebarkan dengan skala pengukuran ordinal sebanyak 15 item untuk Peranan Pendidikan Akhlak (Variable
X), dan masing-masing item terdiri dari 4 option, maka diperoleh skor:
Tabel  3
NILAI VARIABEL X
PERANAN PENDIDIKAN AKHLAK
NOMOR RESPONDEN ITEM SOAL å
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

4 2 1 4 2 1 3 4 2 2 2 3 3 4 3 40

4 3 2 4 2 1 3 4 2 2 2 3 3 4 3 42

3 2 1 3 2 1 3 4 2 2 2 3 3 2 3 36

4 3 2 4 2 2 3 4 2 2 2 3 3 3 3 42

4 2 2 4 2 2 3 4 2 2 2 3 3 4 3 42

4 3 3 4 3 2 3 4 4 4 4 3 3 3 3 50

4 4 2 4 2 2 3 4 3 4 3 3 3 4 4 48

4 3 3 4 2 2 3 4 2 4 4 3 3 4 3 48

4 3 3 4 3 2 3 4 4 4 4 3 3 3 3 50

4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 55

4 3 3 4 3 2 3 4 4 4 4 3 3 3 3 50

4 4 3 4 2 1 2 4 4 4 4 2 3 3 3 45

4 3 4 4 2 2 3 4 2 4 4 3 3 4 3 49

4 3 3 4 3 2 3 4 4 4 4 3 3 3 3 50

4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 55

4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 50

4 3 4 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 47

4 3 4 4 2 2 3 3 3 4 4 3 3 4 3 49

4 3 4 4 3 2 2 4 4 3 3 3 3 3 3 48

4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 55

4 2 2 3 2 1 3 4 2 2 2 3 3 4 3 40

4 3 4 4 3 1 2 4 4 3 3 3 3 3 3 47

4 3 4 4 2 2 3 4 2 4 4 3 3 4 3 49

4 3 4 4 3 2 3 3 2 4 4 3 3 4 3 49

4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 55
40        42        36        42        52        50        48        48        50        55
50        45        49        50        55        50        47        49        48        55
40        47        49        49        55
  1. a. Menghitung Rentang ( R ),
Cara menghitung rentang yaitu dengan  cara mencari selisih data  terbesar dikurangi dengan data terkecil, dengan  menggunakan rumus sebagai berikut :   R = DB – DK
Data Terbesar Variabel X adalah 55 dan data terkecilnya adalah 36. Jadi  rentang :
R = 55 – 36
= 19
  1. Menentukan Banyak Kelas ( BK), yaitu dengan menggunakan aturan Sturgos sebagai berikut:
Banyak Kelas = 1 + (3,3) log n
n  menyatakan banyak sample, yaitu 25 orang, maka banyak kelasnya adalah:
BK   = 1 + ( 3,3) log n
= 1 + (3,3) log 25
= 1 + (3,3). (1,39)
= 1 + 4,587
= 5,59
= 6 (dibulatkan)
Kemudian data dibuat dalam daftar distribusi frekuensi dengan banyak kelasnya adalah 6.
  1. Menentukan Panjang Kelas ( P ), dengan menggunakan rumus:
Rentang
P =
Banyak Kelas
Maka P dihitung sebagai berikut:
19
P =
6
= 3,16
= 3 (dibulatkan)
  1. Membuat Distribusi Frekuensi Kumulatif untuk (Variabel X), dengan mengambil banyak kelas 6, panjang kelas 3, dan data terkecil 36, maka dibuat daftar penolong sebagai berikut:
Tabel 4
DAFTAR PENOLONG UNTUK TABULASI DATA
SKOR TABULASI FREKUENSI
36 – 38 I 1
39 – 41 II 2
42 – 44 III 3
45 – 47 III 3
48 – 50 IIIII IIIII II 12
51 – 53 II 2
54 – 56 II 2
Jumlah 25
Berdasarkan tabulasi di atas, maka dibuat distribusi frekuensi kumulatif untuk variable ( X ) sebagai berikut:
Tabel 5
DISTRIBUSI FREKUENSI KUMULATIF UNTUK VARIABEL ( X )
SKOR FREKUENSI PINGGIR KELAS FREKUENSI KUMULATIF ( kurang dari )
36 – 38



39 – 41



42 – 44



45 – 47



48 – 50



51 – 53



54 – 56
1
2
3
3
12
2
2
35,5 38,5
41,5
44,5
47,5
50,5
53,5
56,5
0 1
3
6
9
21n/2=25/2=12,5
23
25
- 25 - -

  1. e. Menghitung Median (Me) untuk Variabel ( X )
Dari distribusi frekuensi kumulatif di atas, dihitung Mean (Me) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
n
-F
2
Me = P +                     . I
FMe – P
Dimana :
P       = pinggir kelas
n       = ukuran sample
F       = frekuensi kumulatif bagi p
FMe = frekuensi kumulatif bagi pinggir kelas atas dari interval dimana median dihitung.
I           = Interval kelas.
Jadi Median dihitung sebagai berikut:
(25/2) – 9
Me   = 47,5  +                       . 3
21 –  9
12,5 – 9
Me   = 47,5  +                       . 3
21 – 9
Me   = 47,5   +     3,5 . 3
12
= 47,5 + 0,29  . 3
= 47,5 + 0,87
= 48,37
  1. f. Menghitung Standar Deviasi (SD) atau simpangan baku.
Selanjutnya Standar Deviasi (SD) untuk Peranan Pendidikan Akhlak (Variable X) yaitu dengan menghitung terlebih dahulu distribusi frekuensi sebagai berikut:
Sebelum mengisi tabel distribusi frekuensi Variabel X (Peranan  Pendidikan   Akhlak ),   maka  dihitung   terlebih   dulu
(Xi –M e)2 yaitu:
Xi = Frekuensi
Me= Median
Maka penghitungannya sebagai berikut:
37 –  48, 37= -11,372= 129,27
40 -  48, 37= -8,372 = 70,06
43 -  48, 37= -5,372 = 28,84
46 -  48, 37= -2,372 = 5,62
49 -  48, 37=  0,632 = 0,39
52 -  48, 37=  0,632 = 13,18
55 -  48, 37=  6,63  = 43,96
Setelah Xi dihitung, kemudian menghitung (Xi –M e)2 Fi
129,27– 1 = 129,27
140,12– 2 = 140,12
86,52  – 3 = 86,52
18,86  – 3 = 16,86
4,68  – 12 = 4,68
26,36  – 2 = 26,36
87,92  – 2 = 87,92
å= 491,73
Setelah diketahui nilai (Xi –M e)2 dan (Xi –M e)2 Fi maka nilai tersebut dimasukkan ke dalam daftar distribusi frekuensi sebagai berikut:
Tabel 6
DISTRIBUSI FREKUENSI UNTUK MENGHITUNG (SD)
Skor Xi Frekuensi (Fi) (Xi –M e)2 (Xi –M e)2 Fi
36 – 38 37 1 129,27 129,27
39 – 41 40 2 70,06 140,12
42 – 44 43 3 28,84 86,52
45 – 47 46 3 5,62 16,86
48 – 50 49 12 0,39 4,68
51 – 53 52 2 13,18 26,36
54 – 56 55 2 43,96 87,92
- - 25 - å  491,73
Untuk menghitung Standar Deviasi digunakan rumus sebagai berikut :
1
SDMe = å  (Xi -M e)2 Fi
n  – 1
Dimana:
n   = Ukuran sample
Xi = Nilai tengah tiap-tiap kelas
Fi =  Frekuensi Kelas
Diketahui:
n= 25
å (Xi –M e)2 Fi = 491,73
Jadi penghitungannya sebagai berikut:
1
SDMe=                       (491,73)
25 – 1
1
=                       491,73)
24
=           49,73
24
=     20,4887
=     4,526
  1. Membuat Klasifikasi/Skala Penafsiran berdasarkan Me dan SDMe di atas, dibuat skala penafsiran sebagai berikut:
Sangat Efektif
Skor Min  + 3 SDMe
Cukup Efektif
Skor Min  +  2 SDMe
Kurang Efektif
Skor Min  +  1 SDMe
Tidak Efektif
Jadi perhitungannya sebagai berikut:
36 + 3 ( 4,53 )  =  49,59 Sangat Efektif
36 + 2 (4,53 )  =  45,06  Cukup Efektif
36 + 1 (4,53 )  =  40,53 Kurang Efektif
37 + 0 (4,53 )  =  36,00 Tidak Efektif
Median untuk Variabel X ( Peranan Pendidikan Akhlak di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Yayasan Fajrul Islam Riyadlil Muhtar (YAFIM) Desa Legok Jawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis).  adalah senilai 48,37 berada pada klasifikasi cukup efektif, yakni berada diantara nilai 45,06 dengan 49,59.
2.      Upaya Penanggulangan Kenakalan Remaja.
Setelah diadakan penelitian dengan cra menyebarkan angket, maka diperoleh hasil dari skoring data untuk Variabel Y (Upaya Penanggulangan Kenakalan Remaja) adalah sebagai berikut:

Tabel 7
REKAPITULASI SKOR ANGKET UNTUK VARIABEL ( Y )
NOMOR RESPONDEN ITEM SOAL SKOR
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 4 3 2 3 42

3 3 2 3 2 2 3 4 2 3 2 4 4 2 3 45

3 3 2 3 2 1 3 3 2 3 2 4 2 2 3 40

3 3 2 3 2 1 3 3 2 3 2 4 2 2 3 40

2 3 3 4 2 2 3 4 3 4 3 4 2 3 3 47

3 3 3 4 2 4 3 2 4 2 3 4 4 3 3 47

4 2 3 4 2 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 49

4 3 3 4 2 3 3 3 4 2 4 4 4 3 3 49

4 2 3 4 2 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 50

3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 51

2 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 50

3 2 3 4 3 4 3 3 4 2 3 4 4 3 3 48

4 2 3 4 2 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 49

3 3 3 4 2 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 50

4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 52

3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 50

3 3 3 4 2 3 3 4 3 4 3 4 2 2 3 48

3 2 4 3 3 4 3 3 4 2 4 4 4 3 3 49

3 3 3 3 2 4 3 4 3 4 3 4 2 2 3 48

4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 52

3 2 1 4 1 2 2 1 4 2 3 4 2 2 3 36

3 3 2 4 2 3 3 4 3 4 3 4 2 3 3 48

2 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 2 4 2 49

3 3 3 4 2 2 3 4 3 4 3 4 2 3 3 48

4 3 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 54
Selanjutnya skoring data untuk Upaya Penanggulangan Kenakalan Remaja (Variable Y) (sebanyak 15 item, masing-masing item terdiri dari 4 options dengan n = 30, maka diperoleh data sebagai berikut:
52    50      49        47        36        48        49        51        49        40
45    49      54        48        48        40        42        45        48        50
50    52      47        49        50
Untuk menentukan deskripsi variable (Y), langkah kerja yang ditempuh adalah :
  1. a. Menghitung Rentang ( R )
Cara menghitung rentang yaitu dengan  cara mencari selisih nilai terbesar dengan nilai terkecil, yaitu data  terbesar dikurangi data terkecil, dengan  menggunakan rumus sebagai berikut :
R = DB – DK
R     = Rentang
DB  =Data Terbesar
DK  =Data Terkecil
Diketahui:
Data terbesar =57 dan
Data terkecil  = 41
maka   rentang  dihitung  sebagai berikut:
R = 54 – 36
= 18
  1. Menentukan Banyak Kelas ( BK ), yaitu dengan cara menggunakan rumus STURGOS dengan  ketentuan sebagai berikut:
Banyak Kelas = 1 + (3,3) log n
n menyatakan banyak sample, yaitu 25 orang, maka banyak kelasnya adalah:
BK   = 1 + ( 3,3) log n
BK     = 1 + (3,3) log 25
= 1 + (3,3). (1,39 )
= 1 + 4,587
=  5,59
= 6 (dibulatkan)
Kemudian data dibuat dalam daftar distribusi frekuensi kumulatif dengan banyak kelas adalah 6.
  1. Menentukan Panjang Kelas ( P ), yaitu dengan menggunakan rumus:
Rentang ( R )
P =
Banyak Kelas (BK)
Maka P dihitung sebagai berikut:
P = 18
6
= 3
  1. Membuat Distribusi Frekuensi Kumulatif untuk Upaya Penanggulangan Kenakalan Remaja (Variabel Y)
Maka dibuat daftar penolong sebagai berikut:
Tabel 8
DAFTAR PENOLONG UNTUK TABULASI DATA
Skor Tabulasi Tally Frekuensi (Fi)
36 – 38 I 1
39 – 41 II 2
42 – 44 I 1
45 – 47 IIII 4
48 – 50 IIIII IIIII III 13
51 – 53 III 3
54 – 56 I 1
Jumlah 25
Berdasarkan tabulasi di atas, maka dibuat distribusi frekuensi kumulatif untuk Variable Y (Upaya Penanggulangan Kenakalan Remaja) sebagai berikut:
Tabel 9
DISTRIBUSI FREKUENSI KUMULATIF UNTUK VARIABEL (Y)
Skor Frekuensi (Fi) Pinggir Kelas Frekuensi Kumulatif (kurang dari)
36 – 38



39 – 41
42 – 44
45 – 47
48 – 50
51 – 53
54 – 56
1
2
1
4
13
3
1
39,5
42,5
45,5
48,5
51,5
54,5
57,5
0 1
3
4
8
21n/2=25/2=12,5
24
25
- 25 - -
Menghitung Median (Me) untuk Upaya Penanggulangan Kenakalan Remaja (Variabel Y).
Dari distribusi frekuensi kumulatif diatas, dihitung Median ( Me) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

n
– F
2
Me =  P +                         . I
FMe-P
Dimana :
P       = pinggir kelas bawah di mana median berada
n       = ukuran sample
F       = frekuensi kumulatif bagi p
FMe = frekuensi kumulatif bagi pinggir kelas atas dari interval di  mana  median dihitung.
I        = Interval kelas.
Jadi Median dihitung sebagai berikut:
25/2- 8
Me= 47,5+                . 3
21 – 8
12,5- 8
Me= 47,5+                . 3
21 – 8
4,5
= 47,5 +        . 3
7
= 47,5 + (0,35). 3
= 47,5 + 1,05
=48,55
  1. Menghitung Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku untuk Variabel Y (Upaya Penanggulangan Kenakalan Remaja), terlebih dahulu menghitung distribusi frekuensi.
Sebelum mengisi tabel distribusi frekuensi Variabel Y (Upaya penanggulangan Kenakalan Remaja),   maka  dihitung   terlebih   dulu  (Xi –M e)2 yaitu:
Xi = Frekuensi
Me= Median
Diketahui:
Xi: 37, 40, 43, 46, 49, 52, 55,
M e : 48,55
Maka penghitungannya sebagai berikut:
37 -  48, 55= -11,552= 133,40
40 -  48, 55= -8,552 = 73,10
43 -  48, 55= -5,552 = 30,80
46 -  48, 55= -2,552 = 6,50
49 -  48, 55=  0,452 = 0,20
52 -  48, 55=  3,452 = 19,80
55 -  48, 55=  6,45  = 41,60
Setelah Xi dihitung, kemudian menghitung (Xi –M e)2 Fi
133,40 X 1   = 133,40
73,10   X 2   = 146,20
30,80   X 1   = 30,80
6,506   X 4   = 26,01
0,20     X 13 = 2,63
19,80   X 3   = 59,40
41,60   X 1   = 41,60
å= 440,01

Setelah diketahui Nilai (Xi –M e)2 dan (Xi –M e)2 Fi maka nilai tersebut dimasukkan ke dalam daftar distribusi frekuensi sebagai berikut:
Tabel 10
DISTRIBUSI FREKUENSI UNTUK MENGHITUNG STANDAR DEVIASI (Y)

Skor Xi Frekuensi (Fi) (Xi -M e)2 (Xi -M e)2 Fi
36 – 38
39 – 41
42 – 44
45 – 47
48 – 50
51 – 53
54 – 56
37
40
43
46
49
52
55
1
2
1
4
13
3
1
133,40
73,10
30,80
6,50
0,20
19,80
41,60
133,40
146,20
30,80
26,01
2,63
59,40
41,60


å 25
å 440,01
Untuk Menghitung Standar Deviasi atau simpangan baku untuk Upaya Penanggulangan Kenakalan Remaja (Variabel Y), dengan menggunakan rumus:
1
SDMe =                        å  (Xi -M e)2 Fi
n  – 1
Dimana:
n   = Ukuran sample
Xi = Nilai tengah tiap-tiap kelas
Fi =  Frekuensi Kelas
Untuk menghitung Standar Deviasi (SD) maka, terlebih dahulu  dibuat frekuensi sebagai berikut:
1
SDMe =                       (440,01)
25 – 1
1
=                         (440,01)
24



=        18,33
=        4,28
  1. Membuat Klasifikasi /Skala Penafsiran, berdasarkan Me dan SDMe di atas, dibuat skala penafsiran sebagai berikut:
Sangat Efektif
Skor Min  +   3 SDMe
Cukup Efektif
Skor Min  +   2 SDMe
Kurang Efektif
Skor Min  +   1 SDMe
Tidak Efektif
Jadi perhitungannya sebagai berikut:
36 + 3 ( 4,28 ) = 52,72 Sangat Efektif
36 + 2 ( 4,28 ) = 48,48 Cukup Efektif
36 + 1 ( 4,28 ) = 44,24 Kurang Efektif
35 + 0 ( 4,28 ) = 36,00 Tidak Efektif
Median untuk Variabel Y (Upaya Penanggulangan Kenakalan Remaja di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Yayasan Fajrul Islam Riyadlil Muhtar (YAFIM) Desa Legok Jawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis) adalah senilai 48,55 yaitu berada pada klasifikasi yang sangat efektif, karena berada diantara  48,48  sampai dengan 52,72.
3.      Peranan Pendidikan  Akhlak    Dalam    Upaya    Penanggulangan
Kenakalan Remaja
Berdasarkan hasil penelitian, untuk mengetahui  korelasi antara Peranan Pendidikan Akhlak (Variable X) Dalam Upaya Penanggulangan Kenakalan Remaja (Variable Y), oleh karena data yang telah  dikumpulkan dilakukan dengan skala pengukuran ordinal, maka statistik yang dianggap paling cocok adalah dengan menggunakan koefisien korelasi Rank Spearman (rs). Sehubungan dengan itu, maka langkah kerja yang digunakan adalah sebagai berikut:
  1. Menentukan Peringkat (Ranking) hasil observasi. Peranan Pendidikan Akhlak (Variable X) Dalam Upaya Penanggulangan Kenakalan Remaja (Variable Y). serta menentukan kuadrat selisih (ådi2), maka dibuat daftar sebagai berikut:
Tabel 11
SKOR DAN PERINGKAT VARIABEL PENELITIAN

No. x y Rx Ry di ådi2

40 42 2,5 4,00 -1,5 2,25

42 45 4,33 6,50 -2,17 4,71

36 40 1,00 2,50 -1,5 2,25

42 40 4,33 2,50 1,83 3,35

42 47 4,33 8,50 -4,17 17,39

50 47 13,20 8,50 4,7 22,09

48 49 9,33 12,20 -2,87 8,24

48 49 9,33 12,20 -2,87 8,24

50 50 13,20 14,25 -1,05 1,10

55 51 17,50 16,00 1,5 2,25

50 50 13,20 14,25 -1,05 1,10

45 48 6,00 10,25 4,25 18,06

49 49 11,25 12,20 -0,95 0,90

50 50 13,20 14,25 -1,05 1,10

55 52 17,50 17,50 0 0

50 50 13,20 14,25 -1,05 1,10

47 48 7,5 10,25 -1,75 7,56

49 49 11,25 12,20 -0,95 0,90

48 48 9,33 10,25 -0,92 0,84

55 52 17,50 17,00 0 0

40 36 2,50 1,00 1,5 2,25

47 48 7,5 10,25 -7,75 7,56

49 49 11,25 12,20 -0,95 0,90

49 48 11,25 10,25 1 1

55 54 17,50 19,00 -1,5 2,25
å 117,39
  1. Menghitung Korelasi antara Peranan Pendidikan Akhlak (Variabel X) Dalam Upaya Penanggulangan Kenakalan Remaja (Variabel Y) berdasarkan harga-harga yang ditunjukkan dalam tabel di atas, maka harga rs dihitung dengan rumus :
n
6Gdi 2
rs = 1 - i =1
n3 – n
Di mana :
n    = ukuran sample
di 2= kuadrat perbedaan ranking x dan y
Maka perhitungan harga rs adalah:
rs = 1 – 6 (117,39)
253-25
= 1 – 6. 117,39
15 625-25
= 1 – 6. 117,39
15 600
= 1 – 704,34
15 600
= 1 – 0,045
= 0,955
= 0,96

Berdasarkan perhitungan di atas, maka diperoleh harga rs sebesar 0,96 maka berada pada klasifikasi sangat tinggi. Hal ini berarti bahwa Peranan Pendidikan Akhlak (Variabel X) Dalam Upaya Penanggulangan Kenakalan Remaja (Variabel Y)  berada pada klasiifikasi tinggi, karena angka tersebut berada diantara 0,81 – 100.   Hal ini berdasarkan skala penafsiran/klasifikasi tentang  batas-batas rs sebagai berikut:   
³        0,81     =  sangat tinggi
0,61             -         0,80     =  tinggi
0,41             –         0,60     =  cukup/sedang
0,21             -         0,40     =  rendah
£         0,20     =  rendah sekali
  1. c. Menentukan Derajat Determinasi
Untuk Menentukan Derajat Determinasi digunakan rumus sebagai berikut:
rs2 x 100%
Jadi derajat determinasi hubungan antara Peranan Pendidikan Akhlak (Variabel X) Dalam Upaya Penanggulangan Kenakalan Remaja (Variabel Y)   adalah
Rs = 0,962 x 100%
= 0,9216 X 100%
= 92%
Peranan Pendidikan Akhlak  yang mempengaruhi terhadap upaya penanggulangan kenakalan remaja sebesar 92%. Sedangkan faktor lain yang mempengaruhi upaya penanggulangan kenakalan remaja sebesar 8%. Faktor lain itu terdiri dari faktor internal siswa dan faktor eksteranal siswa. Faktor internal terdiri dari sifat dan pembawaan.
Faktor eksternal terdiri dari faktor keluarga dan faktor lingkungan.
  1. d. Uji Signifikasi/Uji Hipotesis
Uji hipotesis ini akan membawa pada sebuah kesimpulan untuk menerima atau menolak hipotesis yang diajukan. Sehubungan dengan hipotesis ini, maka untuk kepentingan uji signifikasi koefisien korelasi rs atau uji hipotesis digunakan rumus sebagai berikut:
N – 2
t = rs
1 – rs2
Dimana :
t =  Distribusi/statistic t
rs = Harga rs yang diperoleh
n = Ukuran sample
1 = bilangan konstan.
Dengan tingkat Signifikasi (0,05) dan derajat kebebasan (dk=n-2) dengan uji Satu Arah (one tailed) dan berpedoman pada tabel, maka hipotesis yang digunakan adalah:
  1. Hipotesis Nol (Ho) diterima, jika : t hitung £ t (1- a) (dk)
  2. Hipotesis Kerja (H1) diterima, jika : t hitung ³ t (1- a) (dk)
Dengan menggunakan rumus di atas, maka t dihitung:
30  – 2
t = 0,37 
1 – 0,372

28
t = 0,37 
1 – 0,1369

28
t = 0,37 
0,8631

t = 0,37  Ö 32,44

t = 0,37 x 5,69
= 2,11
Setelah dilakukan perhitungan ternyata t hitung sebesar 2,11 sedang t tabel pada  taraf signifikasi 0,05 dan dk 30-2=28 maka diperoleh ttabel (0,95/28) =1,70. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa (t hitung 2,11 ³ t tabel 1,70).
Sehingga H1 diterima dan Ho ditolak. Jadi terdapat korelasi atau Peranan Pendidikan Akhlak (Variable X)  Upaya Penanggulangan Kenakalan Remaja (Variable Y).
  1. E. Pembahasan Hasil Penelitian
  2. Hasil Analisis Variabel X (Peranan Pendidikan Akhlak)
Peranan Pendidikan Akhlak di Peranan Pendidikan Akhlak di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Yayasan Fajrul Islam Riyadlil Muhtar (YAFIM) Desa Legok Jawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis) adalah cukup efektif, hal ini terbukti dari angket yang disebarkan kepada 25 orang siswa dengan skor terbesar 56 dan skor terkecil adalah 36, dengan perhitungan mediannya adalah 48,37 karena angka tersebut berada di antara 45,06 dengan 49,59.
  1. Hasil Analisis Variabel Y (Upaya Penanggulangan Kenakalan Remaja)
Upaya Penanggulangan Kenakalan remaja di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Yayasan Fajrul Islam Riyadlil Muhtar (YAFIM) Desa Legok Jawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis) adalah cukup baik. Hal ini terbukti dari hasil angket yang disebarkan kepada 25 orang siswa dengan skor terbesar 56 dan skor terkecil adalah 36, dengan hasil perhitungan mediannya 48,55 karena angka tersebut berada di antara 48,48 dengan 52,72.
  1. Korelasi antara Variabel X (Peranan Pendidikan Akhlak) dengan (Variabel Y) Dalam Upaya Penanggulangan Kenakalan Remaja
Korelasi antara Peranan Pendidikan Akhlak dengan Upaya Penanggulangan Kenakalan Remaja di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Yayasan Fajrul Islam Riyadlil Muhtar (YAFIM) Desa Legok Jawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis dengan koefisien korelasi sebesar 0,96 dengan mengacu pada harga rs berada pada klasifikasi sangat tinggi. Hal ini berarti bahwa Peranan Pendidikan Akhlak (Variabel X) Dalam Upaya Penanggulangan Kenakalan Remaja (Variabel Y)  berada pada klasiifikasi tinggi, karena angka tersebut berada diantara 0,81 dengan 100.
Peranan Pendidikan Akhlak  yang mempengaruhi terhadap upaya penanggulangan kenakalan remaja sebesar 92%. Sedangkan faktor lain yang mempengaruhi uapaya penanggulangan kenakanlan remaja sebesar 8%. Faktor lain itu terdiri dari faktor internal siswa dan faktor eksteranal siswa. Faktor internal terdiri dari sifat dan pembawaan. Faktor eksternal terdiri dari faktor keluarga dan faktor lingkungan.
Setelah dilakukan perhitungan ternyata t hitung sebesar 2,11 sedang t tabel pada  taraf signifikasi 0,05 dan dk 30-2=28 maka diperoleh ttabel (0,95/28) =1,70. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa t hitung 2,11 lebih besar dari  t tabel 1,70. Sehingga H1 diterima dan Ho ditolak. Jadi terdapat korelasi atau Peranan Pendidikan Akhlak (Variable X) terhadap Upaya Penanggulangan Kenakalan Remaja (Variable Y).
Selanjutnya untuk mengetahui letak daerah penerimaan dan daerah penolakan hipotesis, penulis sajikan gambar berikut ini:
Gambar 3
DAERAH PENOLAKAN DAN PENERIMAAN HIPOTESIS

Daerah penolakan
(daerah kritik)                                                  Daerah penerimaan
-2,11                 -1,70                       0                           1,70                          2,11


BAB IV
PENUTUP

  1. A. Kesimpulan
Setelah penulis menganalisa data hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
  1. 1. Peranan Pendidikan Akhlak di Mts. Legokjawa adalah cukup baik, hal ini terbukti dari angket yang disebarkan kepada 25 orang siswa dengan skor terbesar 56 dan skor terkecil adalah 36, dengan perhitungan mediannya adalah 48,37 karena angka tersebut berada di antara 45,06 – 49,59.
  2. Upaya Penanggulangan Kenakalan remaja di MTs Legokjawa adalah cukup baik. Hal ini terbukti dari hasil angket yang disebarkan kepada 25 orang siswa dengan skor terbesar 56 dan skor terkecil adalah 36, dengan hasil perhitungan mediannya 48,55 karena angka tersebut berada di antara 48,48 – 52,72.
  3. Peranan Pendidikan Akhlak dalam Upaya Penanggulangan Kenakalan Remaja adalah sangat tinggi, dengan koefisien korelasi sebesar 0,96 karena angka tersebut berada diantara 0,81 – 100.
Upaya penanggulangan kenakalan Remaja dipengaruhi oleh Peranan Pendidikan akhlak sebesar 92%. Sedangkan faktor lain yang mempengaruhi akhlak sebesar 8% terdiri atas faktor internal dan faktor eksternal siswa.
Hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai thitung 2,11 > ttabel1,70. Hal ini menunjukkan bahwa Hi diterima dan Ho ditolak.
  1. B. Saran
Melalui penelitian ini penulis mengungkapkan beberapa hal untuk dijadikan bahan pemikiran atau bahan pertimbangan agar Pendidikan Akhlak di Madrasah Tsanawiyah (MTs.) Yayasan Fajrul Islam Riyadlil Muhtar (YAFIM) Desa Legok Jawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis semakin meningkat:
  1. Untuk Guru tanamkanlah pendidikan akhlak pada siswa, karena dengan penelitian ini terbukti pendidikan akhlak mempunyai peranan yang sangat penting terhadap Upaya Penanggulangan Kenakalan remaja.
  2. Untuk Guru, jalinlah kerjasama dengan sesama guru untuk menanamkan akhlak terhadap siswa.
  3. Untuk Guru susunlah strategi untuk upaya penanggulangan kenakalan remaja.
  4. Untuk Guru berilah anak pengetahuan mengenai dampak dari kenakalan remaja.




ANGKET PENELITIAN

Nomor Responden                : ____________________________________
Nama responden                   : ____________________________________
Hari                                        : ____________________________________
Tanggal                                  : ____________________________________
Nama Sekolah                       : ____________________________________
Materi Pembelajaran            : ____________________________________

  1. A. Petunjuk Pengisian
  2. Bacalah dengan baik seluruh pertanyaan dan jawaban di bawah ini,
  3. Pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan keadaan kalian,
  4. Berilah tanda centang huruf  pada salah satu kolom yang kalian pilih,
  5. Tulislah identitas kalian pada kolom yang telah tersedia.
    1. B. Butir-butir pertanyaan mengenai Peranan Pendidikan Akhlak, sebagai Variabel X

No. Soal Jawaban
A B C D
  1. 1.
Apakah anda belajar sopan santun di sekolah?
  1. 2.
Apakah anda belajar tata krama di rumah?
  1. 3.
Apakah anda dididik bertutur kata bersih di sekolah?
  1. 4.
Apakah anda dididik bertutur kata halus di rumah?
  1. 5.
Apakah guru anda melarang anda berbicara kotor?
  1. 6.
Apakah orang tua anda melarang anda berbicara kasar?
  1. 7.
Apakah anda berlatih berkata benar dan jujur?
  1. 8.
Apakah anda dididik saling menghormati sesama teman?
  1. 9.
Apakah anda belajar menghargai mahluk hidup lainnya?
10. Apakah anda dididik memelihara lingkungan hidup?
11. Apakah anda dididik membersihkan lingkungan sekolah?
12. Apakah anda berlatih membersihkan pikiran dan perasaan?
13. Apakah anda berlatih  menahan diri?
14. Apakah anda berlatih berfikir jernih?
15. Apakah anda berlatih berperasaan halus?
Keterangan
    1. SELALU
    2. SERING
    3. TIDAK PERNAH
    4. JARANG
  1. C. Butir-butir pertanyaan mengenai Upaya Penanggulangan Kenakalan Remaja
No. Soal Jawaban
A B C D
  1. 1.
Apakah anda belajar mengisap rokok?
  1. 2.
Apakah anda mencoba minum alkohol?
  1. 3.
Apakah anda mencoba obat terlarang?
  1. 4.
Apakah anda melihat gambar porno?
  1. 5.
Apakah anda kebut-kebutan di jalan?
  1. 6.
Apakah anda melanggar aturan lalu lintas?
  1. 7.
Apakah anda terlibat perkelahian?
  1. 8.
Apakah anda terlibat pencurian?
  1. 9.
Apakah anda melanggar aturan madrasah?
10. Apakah anda bolos sekolah?
11. Apakah anda jajan dengan uang iuran madrasah?
12. Apakah anda bicara tidak sopan pada guru?
13. apakah anda bicara seenaknya pada orang tua?
14. Apakah anda bicara kasar pada teman-teman?
15. Apakah anda mengikuti naluri (perasaan)?

Keterangan
    1. TIDAK PERNAH
    2. JARANG
    3. SERING
    4. SELALU


DAFTAR PUSTAKA
Aliasppd.tripod.com/pengertianakhlak
Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan Terjemahnya. 1989. Bandung. Gema Risalah Press.
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka.
Fatamorgana.wordpress.com/2008/07/
http://id.wikipedia.org/wiki/akhlak
id.answers.yaho.com/question/index
M. Arifin. Cetakan ketiga, Mei 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta. PT. Bumi Aksara.
Mubarok.institute.blogspot.com/2007
Muhammad al-Mighwar. 2006. Psikologi Remaja. Petunjuk bagi Guru dan Orangtua. Bandung. Pustaka Setia.
Muhibbin Syah. Cetakan ke enam. 2001. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung. Remaja Rosdakarya.
Ngalim Purwanto. 1991. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Nodaria.tripod.com/…/id98.html

Raflengerungan.wordpress.com/penger

Subandowo.blogspot.com/2008/08/kenakalan
Sudarsono. 2004. Kenakalan Remaja. Jakarta. Rineka Cipta.
Sumadi Suryabrata. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
Toto Suryana, dkk. 1997. Pendidikan Agama Islam. Bandung. Tiga Mutiara.
www.mediamuslim.info
www.damandiri.or.id/file/ulfahmaria
Zakiah Daradjat. 1974. Problema Remaja di Indonesia. Jakarta. Bulan Bintang


KISI-KISI PENELITIAN

No Variabel Indikator No Soal
1 Variabel X Sopan Santun 1 2
3
Adan dan Hormat 4 5
6
Disiplin dan Tertib 7 8
9
10
11
Beriman 12 13
14
15
2 Variabel Y Preventif 1 2
3
4
5
Refresif 6 7
8
9
10
Kuratif 11 12
13
14
15


ANGKET PENELITIAN

Nomor Responden                : ____________________________________
Nama responden                   : ____________________________________
Hari                                        : ____________________________________
Tanggal                                  : ____________________________________
Nama Sekolah                       : ____________________________________

  1. D. Petunjuk Pengisian
  2. Bacalah dengan baik seluruh pertanyaan dan jawaban di bawah ini,
  3. Pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan keadaan kalian,
  4. Berilah tanda centang huruf  pada salah satu kolom yang kalian pilih,
  5. Tulislah identitas kalian pada kolom di bawah ini.
    1. E. Butir-butir pertanyaan mengenai Peranan Pendidikan Akhlak, sebagai Variabel X
No. Soal Jawaban
A B C D
16. Apakah kalian bersikap sopan di sekolah?
17. Apakah kalian bersikap ramah kepada teman?
18. Apakah kalian mengucapkan salam di sekolah?
19. Apakah kalian menaruh hormat kepada guru?
20. Apakah kalian saling hormat kepada guru?
21. Apakah kalian menghormati orang tua?
22. Apakah kalian mengerjakan pekerjaan rumah?
23. Apakah kalian menyelesaikan tugas guru?
24. Apakah kalian melaksanakan tugas piket kelas?
25. Apakah kalian berseragan sekolah rapih?
26. Apakah kalian tiba di sekolah tepat waktu?
27. Apakah kalian pulang sekolah langsung ke rumah?
28. Apakah kalian melaksanakan shalat wajib?
29. Apakah kalian menunaikan sholat sunat?
30. Apakah kalian gemar melaksanakan shaum sunat (senin-kamis)?

  1. F. Butir-butir pertanyaan mengenai Upaya Penanggulangan Kenakalan Remaja
No. Soal Jawaban
A B C D
16. Apakah kalian menjauhi rokok?
17. Apakah kalian menghindari alkohol?
18. Apakah kalian menjauhi minum minuman yang tidak bermanfaat?
19. Apakah kalian menghindari narkoba?
20. Apakah kalian menjauhi gambar porno?
21. Apakah kalian menolak kebut-kebutan dijalan?
22. Apakah kalian menolak melanggar aturan lalu lintas?
23. Apakah kalian menolak ajakan berkelahi?
24. Apakah kalian menolak ajakan mencuri?
25. Apakah kalian menolak ajakan bolos sekolah?
26. Apakah kalian aktif dalam extra berolahraga?
27. Apakah kalian aktif dalam kegiatan osekolah?
28. Apakah kalian rajin belajar bersama?
29. Apakah kalian suka membuat kerajinan tangan?
30. Apakah kalian membantu orang tua?

Keterangan
  1. SELALU
  2. SERING
  3. TIDAK PERNAH
  4. JARANG

0 coment:

Posting Komentar

Berikan Pendapat atau Argumen Anda...!!!