Negara-negara sekutu yang dipimpin Amerika Serikat dan Inggris  
akhirnya menggempur Libya dengan melesatkan sejumlah peluru kendali  
(Rudal) Tomahawk ke wilayah pertahanan udara Libya.
Sebelum  serangan sekutu itu, pemimpin Libya Muammar Khadafi telah mengirim  sejumlah surat kepada pemimpin negara besar, seperti Barrack Obama dan  Presiden Perancis Nicholas sarkozy.
Seperti dikutip dari laman Assoicated Press
  (AP), dalam suratnya kepada Obama, Khadafi  mengatakan dia akan terus 
menyayangi pemimpin AS itu meski perang pecah  sekali pun. 
Berikut kutipan surat yang dikirimkan Khadafi.
Surat untuk Obama
"Seperti telah saya katakan sebelumnya, jika Tuhan mengizinkan, nanti akan ada perang antara Libya dan AS, kamu akan selalu ingat anakku bahwa saya akan tetap mencintaimu. Saya tak ingin mengubah pandangan yang saya miliki tentangmu. Seluruh warga Libya kini bersamaku, siap untuk mati baik wanita maupun anak-anak. Saat ini kami berperang tak lain untuk melawan Al-Qaidah yang sering dianggap sebagai Islamic Maghreb. Ini adalah kelompok bersenjata yang melakukan perlawanan dari Libya ke Mauritania, dan terus melewati Aljazair dan Mali ... Jika saja mereka merebut kota-kota di AS dengan kekuatan senjata, katakan padaku apa yang akan kamu lakukan?"
"Seperti telah saya katakan sebelumnya, jika Tuhan mengizinkan, nanti akan ada perang antara Libya dan AS, kamu akan selalu ingat anakku bahwa saya akan tetap mencintaimu. Saya tak ingin mengubah pandangan yang saya miliki tentangmu. Seluruh warga Libya kini bersamaku, siap untuk mati baik wanita maupun anak-anak. Saat ini kami berperang tak lain untuk melawan Al-Qaidah yang sering dianggap sebagai Islamic Maghreb. Ini adalah kelompok bersenjata yang melakukan perlawanan dari Libya ke Mauritania, dan terus melewati Aljazair dan Mali ... Jika saja mereka merebut kota-kota di AS dengan kekuatan senjata, katakan padaku apa yang akan kamu lakukan?"
Berikut petikan surat Khadafi kepada Nicolas Sarkozy, Perdana Menteri Inggris David Cameron, dan Sekjend PNN Ban ki-Moon;
"Libya
  bukan milikmu, Libya adalah milik kami warga Libya. Resolusi PBB 
adalah  tak benar karena keputusan itu tak mengikuti ketentuan mengenai 
urusan  dalam negeri setiap negara. Ini adalah operasi yang mengerikan, 
agresi  yang kejam.
Kamu tak memiliki wewenang mengintervensi urusan dalam negeri kami. Siapa yang memberikanmu hak itu? Kamu akan menyesal bila berani mengintervensi negara kami. Negara ini adalah milik kami. Kami tak pernah bisa menembakkan satupun peluru pada penduduk kami."
Kamu tak memiliki wewenang mengintervensi urusan dalam negeri kami. Siapa yang memberikanmu hak itu? Kamu akan menyesal bila berani mengintervensi negara kami. Negara ini adalah milik kami. Kami tak pernah bisa menembakkan satupun peluru pada penduduk kami."
 
 
 
 


0 coment:
Posting Komentar
Berikan Pendapat atau Argumen Anda...!!!