Sangat penting bagi seorang laki-laki untuk mengerti kualitas dan
sifat-sifat seorang wanita sebelum dia dipertimbangkan sebagai seorang
istri.
Dilaporkan dalam Musnad Imam Ahmad, dari Sa’ad bin Abi Waqqas
Radliallahu Anhu, bahwa Rasulullah Salallahu Alaihi Wasallam bersabda:
Dilaporkan juga dalam Shahih al-Jaami’ bahwa Rasulullah Salallahu Alaihi Wasallam bersabda:
“Empat hal yang menyebabkan kebahagiaan: (1) Istri yang baik, (2)
Rumah yang bagus, (3) Tetangga yang baik, dan (4) Kendaraan yang bagus.
Empat hal yang menyebabkan menderita: Istri yang buruk, tetangga yang
buruk, kendaraan yang jelek dan rumah yang sempit/kecil.”
Sangat penting dan perlu atas seorang laki-laki untuk melihat seorang
wanita yang bisa menjadi istri yang baik dan ibu yang baik bagi
anak-anaknya (di masa depan). Dalam hadits lain diriwayatkan bahwa
Rasulullah Salallahu Alaihi Wasallam bersabda:
“Dunia (hidup di dunia ini) adalah kesenangan dan sebaik-baik
kesenangan di dunia ini adalah istri yang baik (sholehah).” (Shahih
Muslim, Kitab 14, Bab 17, Hadits No. 1467)
Saat ini sangat sulit untuk menemukan istri yang baik karena dia
merupakan harta benda yang jarang ditemukan. Diriwayatkan dalam Sunan
Abu Dawud dari Ibnu ‘Abbas Radliallahu Anhu, bahwa Rasulullah Salallahu
Alaihi Wasallam ditanya oleh Umar bin al-Khattab Radliallahu Anhu:
“Akan aku informasikan kepadamu harta benda yang terbaik yang bisa
seseorang dapatkan, yaitu istri yang baik (shalehah). Ketika dia
(suaminya) melihatnya dia akan membuatnya senang dan ketika dia
diperintah maka akan patuh dan ketika dia ditinggal (jauh dari suami)
maka akan menjaga dirinya.”
Hadits ini merupakan pernyataan yang jelas bahwa istri yang baik
adalah orang (1) yang membuat senang dan bahagia hati suami ketika
suaminya melihatnya, (2) mematuhi suaminya ketika dia memerintah
mengerjakan sesuatu, dan (3) melindungi kehormatannya, rahasianya,
keluarga (anak-anak) dan hartanya ketika suami tidak ada di sisinya.
Diriwayatkan dalam Shohih al-Jaami’ bahwa Rasulullah Salallahu Alaihi Wasallam bersabda:
“Hati yang bersyukur, lisan yang mengingat Allah dan istri yang baik
(zaujah shalihah) yang akan menolong kamu dalam urusan hidupmu dan
agamamu, inilah harta benda terbaik yang dapat dimiliki manusia.”
Sangat penting bagi seorang wanita-orang yang akan menjadi istrimu dan
membantu kamu menegakkan dien (agama) memiliki sifat-sifat dan kualitas
tersebut sebelum kamu mempertimbangkan/memutuskan untuk menikahinya.
Allah meminta kita untuk menikah dengan orang yang baik, shalehah dan bertaqwa:
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan
orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang
laki-laki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin
Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas
(pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS An-Nur: 32)
Dalam ayat lain, Allah Subhaanahu Wa Ta’ala berfirman tentang sifat-sifat wanita jannah (surga):
“Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi
memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah
memelihara (mereka).” (QS An-Nisaa’: 34)
Shalihat artinya mereka adalah wanita yang baik agamanya. Qaanitaat
artinya mereka patuh terhadap suaminya. Dan Haafizaat lil-Ghaib artinya
mereka menjaga harta, kekayaan, anak-anak suaminya dan seterusnya
tatkala suaminya pergi.
Dilaporkan dalam Mu’jam ath-Thabraani al-Kabiir dan Shahih al-Jaami’,
dari Abdullah bin Salaam Radliallahu Anhu bahwa Rasulullah Salallahu
Alaihi Wasallam bersabda:
“Wanita yang terbaik adalah wanita yang menyenangkan kamu tatkala kamu
melihatnya, mematuhimu ketika kamu memerintahnya, menjaga dirinya
sendiri (kesuciannya) dan harta kamu dalam ketiadaan kamu.”
Wanita yang patuh (taat) kepada Allah, Rasul-Nya dan suaminya maka
tidak diragukan lagi dia layak mendapatkan jannah. Dilaporkan dalam
Musnad al-Imaam Ahmad bahwa Rasulullah Salallahu Alaihi Wasallam
bersabda :
“Jika seorang wanita menegakkan sholat 5 waktunya, berpuasa di bulan
Ramadhan, menjaga kesuciannya dan mematuhi suaminya, maka akan dikatakan
kepadanya (di hari pengadilan), masuklah ke dalam surga dari pintu yang
kamu sukai.”
Oleh karena itu, sifat-sifat dari wanita yang baik yang telah disebutkan oleh Allah Subhaanahu Wa Ta’ala dan Rosul-Nya adalah:
* Shaalihat, mereka melaksanakan dien dan memiliki dien/agama yang baik
* Qaanitaat (mutii’aat), patuh kepada suaminya sepanjang dia tidak memerintahkan untuk tidak patuh kepada Allah.
* Menjaga diri mereka tatkala suaminya tidak ada
* Menjaga harta, kekayaan dan anak-anak suami
* Membahagiakan hati suami (yaitu dengan aktif untuk menyayangi dan bersosialisasi dengannya)
Dilaporkan bahwa Rasulullah Salallahu Alaihi Wasallam bersabda :
“Wanita (pada umumnya) dinikahi karena 4 hal : karena hartanya, karena
statusnya, karena kecantikannya dan karena agamanya. Pilihlah wanita
yang baik agamanya, maka tanganmu akan dipenuhi dengan pasir-pasir
(kebaikan).” (Shahih Muslim, Hadist No. 1466)
Taribat Yadaak (maka tanganmu akan dipenuhi dengan pasir) artinya
bahwa jika seseorang memilih seorang wanita yang memiliki kebaikan dien
dalam pernikahan mereka maka tangan mereka akan dipenuhi kebaikan dan
mereka menjaga diri mereka dari sesuatu yang tidak menyenangkan hidup.
Jika seorang wanita memiliki agama yang baik, maka dia akan membawa
ketenangan di rumahnya dan akan menyebabkan kebahagiaan pada suaminya.
Dia akan menjadi lahan yaitu melahirkan anak-anak yang baik dan mereka
akan mewarisi sifat-sifatnya dan karakter-karakternya. Bagaimanapun,
jika dia menyimpang maka anak-anaknya akan mewarisi karakternya yang
buruk dan personalitasnya, pernikahan akan mengalami petaka kegagalan,
adapun suami akan gagal memenuhi apa yang diperintahkan Allah Subhaanahu
Wa Ta’ala yaitu untuk memilih wanita yang baik.
Wanita yang baik akan selalu menyesuaikan apa yang dia katakan dengan
lakukan, dia adalah penjaga harta suaminya, rahasianya, kehormatan dan
reputasinya. Reputasinya sebagai seorang wanita yang baik akan membawa
kehormatan kepada keluarga.
Tidak diragukan, kecantikan, karakternya, personalitas, ketaqwaan dan
agamanya melebihi kecantikan wajah dan fisiknya yang nampak. Hal
tersebut akan tinggal selamanya. Adapun kalau kecantikan wajah maka akan
berubah (yaitu kerena faktor usia) hanya dalam ukuran tahun.
Untuk wanita yang buruk akhlaqnya, kalau dia tua maka dia akan mencoba
meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia masih muda dan merasa seperti
wanita-wanita yang berumur belasan tahun. Dia tidak akan punya waktu
untuk membaca Al-Qur’an, mengurus anak-anak atau bahkan suaminya.
Sebaliknya dia akan berada di depan kaca, menggunakan make-up, dan
mencoba menyembunyikan keriput dan noda-noda di wajahnya.
Wanita yang baik, akan selalu ingat akan tanggung jawab terhadap
suaminya dan kewajibannya kepada Allah. Dia akan selalu mengingatkannya
untuk sholat, mendorongnya untuk berdakwah dan mendukung jihad serta
mengerjakan kewajiban-kewajibannya tanpa diminta. Jika suaminya baik
maka suaminya akan memenuhi kebutuhannya dan memperhatikannya, dia tidak
akan pernah melirik wanita lain karena istrinya tertambat di dalam
hatinya.
Abdullah bin Rawaahah Radliallahu Anhu memiliki seorang budak hitam.
Dia pernah memukulnya dan kemudian dia merasa bersalah karena telah
melakukannya. Dia kemudian pergi menemui Rasulullah Salallahu Alaihi
Wasallam dan mengatakan kepadanya apa yang terjadi. Nabi bertanya kepada
Abdullah tentang gambaran karakternya. Abdullah menginformasikan kepada
Nabi Salallahu Alaihi Wasallam bahwa dia (budak wanitanya) berpuasa,
sholat dan mengucapkan kalimat Laa Ilaaha Illallah. Nabi Salallahu
Alaihi Wasallam bertanya lagi, “Berarti dia adalah seorang yang
beriman.” Abdullah Radliallahu Anhu berkata, “Saya akan pergi untuk
membebaskannya dan menikahinya.”
Ada beberapa orang yang mulai mencela Abdullah karena menikahi seorang
budak wanita, karena mereka masih sering melirik orang-orang kafir
untuk mereka nikahi. Allah Subhaanahu Wa Ta’ala kemudian menurunkan ayat
:
“Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka
beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik daripada
wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu.” (QS. Al-Baqarah, 2:221)
Dilaporkan juga bahwa ayat ini diturunkan berkaitan dengan wanita
berkulit hitam yang berada di bawah kekuasaan Hudaifah bin al-Yaman
Radliallahu Anhu. Hudaifah berkata kepada Khansaa’, budak wanitanya :
“Wahai Khansaa’, Allah telah berfirman tentang kamu. Oleh karena itu,
saya akan membebaskanmu, kemudian menikahimu.”
Dalam ayat ini subyek utamanya adalah agama yang baik. Kecantikan
tubuh atau wajah bersifat subyektif tiap orang. Beberapa orang menyukai
wanita dengan hidung yang mancung, yang lainnya menyukai wanita dengan
hidung yang pendek. Beberapa orang juga menyukai wanita yang bermata
lebar, adapun yang lain lebih tertarik pada wanita yang bermata sipit.
Beberapa laki-laki menyukai wanita yang besar, yang lainnya menyukai
yang langsing. Beberapa diantaranya menyukai wanita yang pendek, yang
lainnya suka yang tinggi. Jadi kecantikan itu tergantung mata yang
melihat. Apakah keumuman setiap laki-laki menyukai wanita yang baik
agamanya, personalitas dan karakternya? Atau lebih menyukai wanita yang
cantik di luar sana akan tetapi dia suka menyumpah, berteriak-teriak dan
memiliki karakter yang buruk?
Dilaporkan dalam Shohih Bukhori bahwa Rasulullah Salallahu Alaihi Wasallam bersabda:
“Tiga orang yang akan mendapatkan pahala ganda yaitu:
(1) Seseorang dari golongan ahlul kitab (Yahudi atau Nasrani) yang
beriman kepada nabinya (Isa atau Musa) kemudian beriman kepada Muhammad
Salallahu Alaihi Wasallam (yaitu masuk Islam).
(2) Seorang budak yang memenuhi kewajibannya kepada Allah dan juga kepada majikannya.
(3) Seorang majikan (pemilik budak) yang memiliki budak wanita
kemudian mengajarinya jalan yang terbaik (dien/agama), membebaskannya
kemudian menikahinya. Bagi dirinya (orang majikan tersebut) akan
mendapatkan 2 pahala.”
(Kitab Ilmu, Bab 31, Hadist No. 97).
Pasangan yang terbaik dalam hidup ini adalah wanita yang beriman
(muslim) dengan kebaikan agamanya maka ia akan dapat menolong suaminya
untuk menempuh kehidupan yang sesuai dengan Islam.
Istri yang baik adalah seperti Khadijah binti Khuwailid Radhiyallahu
Anhu, istri Nabi Salallahu Alaihi Wasallam, wanita yang mengimaninya
ketika orang-orang mengkufurinya; mempercayainya ketika orang-orang
tidak mempercayainya; menerima apa yang beliau katakan ketika
orang-orang mengingkarinya; melindunginya ketika beliau membutuhkannya;
menolongnya ketika orang-orang mencoba untuk mencelakakannya. Khadijah
mendampinginya dalam kehidupan yang susah maupun senang.
Wanita yang baik adalah seperti Asma’ binti Abu Bakar Radhiyallahu
Anhu, wanita yang sangat bangga akan agamanya. Dia mengirimkan anak
laki-lakinya ke jalan surga dengan syahid, dan dia mendorongnya untuk
berdiri teguh di depan Thaghut sampai mati dengan kematian yang mulia.
Istri yang baik adalah seperti Shafiyyah binti Abdil Muthalib
Radhiyallahu Anhu, wanita yang sibuk ke medan perang untuk memerangi
Yahudi yang ingin menyerang kehormatan orang-orang yang beriman.
Istri yang baik adalah seperti Sahaabiyyah Khansaa’ Radhiyallahu Anhu,
wanita yang mengirim semua anak laki-lakinya yang berjumlah 4 untuk
pergi berjihad. Ketika datang berita bahwa keempat anak laki-lakinya
syahid, dia berkata: “Terima kasih ya Allah karena telah menjadikan
mereka semua syahid dan aku berdo’a agar aku dapat bertemu dengan mereka
di hari pengadilan nanti!”
Istri yang baik adalah Waluud yang artinya dia ingin memiliki anak.
Dia bukanlah seseorang yang mengatakan, “Aku ingin menjaga penampilanku
dan tidak ingin memiliki anak.” Istri yang baik adalah orang yang ingin
memiliki banyak anak.
Rasulullah Salallahu Alaihi Wasallam bersabda:
“Menikahlah dan perbanyaklah anak-anakmu, sesungguhnya aku akan
membanggakan kamu di hari pengadilan nanti.” (Shahih al-Jaami’, Hadist
No. 3366)
Jadi tujuan dari pernikahan bukan hanya untuk memperoleh kenikmatan akan tetapi juga untuk meneruskan ras manusia.
Allah Subhaanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi
amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi
Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS Al-Kahfi: 46)
Allah Subhaanahu Wa Ta’ala juga berfirman:
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa
yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari
jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah
ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat
kembali yang baik (surga).” (QS Ali Imran: 14)
Ada banyak hal yang diingini oleh manusia-manusia: wanita, anak-anak,
emas, perak (harta), kuda dan seterusnya; akan tetapi apa yang Allah
berikan kepada kita di akhirat adalah jauh lebih baik.
Dalam Surat Maryam dikatakan bahwa Zakariyyah Alaihi Salam memohon kepada Allah:
“Ia berkata: ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan
kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa
kepada Engkau, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap
mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka
anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera yang akan mewarisi aku
dan mewarisi sebahagian keluarga Ya’qub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku,
seorang yang diridhai.” (QS Maryam: 4-6)
Jadi alasan menikah adalah memiliki anak. Inilah kenapa sangat penting
bagi wanita untuk memahami hal ini sebelum dia menikah, yaitu dia
diharapkan untuk memiliki anak, bukan untuk menyelesaikan pendidikannya
atau belajar mengendarai mobil.
Jika dia tidak tahu bagaimana cara untuk memasak, bersih-bersih,
mencuci atau menjahit, tidak juga ingin memiliki anak, lantas untuk apa
dia sebagai seorang istri?
Wanita yang baik adalah yang lembut, bijaksana dan lemah lembut. Jika
suaminya berbicara kepadanya, dia tidak membantah atau berteriak kembali
kepadanya. Sekiranya dia seorang istri, dia bukanlah pegulat atau
petinju.
Mukmin yang baik, suami yang baik dan istri yang baik akan meminta dan memohon kepada Allah agar dianugerahi anak yang sholeh:
“Dan orang orang yang berkata: Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada
kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati
(kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS
Al-Furqaan: 74)
Bahkan malaikat-malaikat beristighfar dan memohonkan ampun kepada
Allah untuk manusia, istrinya dan anak-anaknya serta menjadikan mereka
bahagia:
“Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam syurga ‘Adn yang telah
Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara
bapak-bapak mereka, dan isteri-isteri mereka, dan keturunan mereka
semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
(QS Al-Mu’min: 8)
Kenikmatan dunia adalah istri dan anak. Jika seorang wanita tidak bisa
melahirkan anak disebabkan dia sakit maka ini bukanlah kekuasaan-Nya.
Akan tetapi jika dia sangat menginginkan untuk memiliki anak maka dia
adalah wanita yang baik agamanya. Dia tidak harus cantik (sesuai dengan
pandangan beberapa orang), akan tetapi dia dapat menawan hati suaminya
dengan karakternya dan personalitasnya. Daripada menggunakan
kecantikannya akan tetapi di setiap waktu dia berbicara dengan suara
seperti George Bush atau Khaddafi.
Dilaporkan dalam Sunan Abu Dawud bahwa seorang laki-laki datang kepada
Rasulullah Muhammad Salallahu Alaihi Wasallam dan berkata kepadanya,
“Aku mencintai seorang wanita yang baik nama (statusnya) yaitu cantik,
akan tetapi tidak bisa punya anak. Apakah anda menyarankan aku untuk
menikah dengannya?” Nabi Salallahu Alaihi Wasallam berkata, “Jangan.”
Laki-laki tadi datang kembali 2 kali akan tetapi setiap kesempatan Nabi
Salallahu Alaihi Wasallam menjawabnya, “Jangan.” Setelah waktu yang
ketiga kalinya Nabi Salallahu Alaihi Wasallam bersabda:
“Nikahilah wanita yang waduud (patuh, takut kepada suami) dan waluud
(bisa punya anak). Aku akan membanggakan kamu (di hari pengadilan
nanti).” (Sunan Abu Dawud, Kitabun Nikaah, Hadist No. 2050)
Wanita yang waluud yaitu bisa punya anak dan memiliki kesehatan yang
bagus. Biasanya jika ibunya atau bibinya punya anak banyak maka dia akan
mampu memiliki anak juga.
Wanita yang waduud adalah wanita yang bijaksana dan baik terhadap
suaminya. Dia tersenyum kepadanya, berbicara dengan bijak dan ingin
suaminya menjadi bahaga. Dia akan tersenyum dengan cinta dan kasih
sayang.
Dilaporkan dalam hadits shahih al-Bukhori bahwa Rasulullah Salallahu Alaihi Wasallam bersabda:
“Di antara semua wanita-wanita yang menunggang onta (yaitu
wanita-wanita Arab); wanita dari Bani Quraisy adalah yang terbaik.
Mereka penyayang dan baik hati terhadap anak-anak mereka dan penjaga
terbaik atas kekayaan suami mereka.” (Al-Bukhari, Kitab 60, Bab 46,
Hadist No. 3434)
Rasulullah Salallahu Alaihi Wasallam menggambarkan mereka sebagai yang
terbaik karena mereka lemah lembut dan baik hati terhadap anak-anak
mereka dan secara otomatis akan disayang dan diridhai suami mereka.
Wanita yang baik adalah penjaga dan pelindung harta kekayaan dan
rahasia-rahasia suami mereka. Apa yang suaminya katakan terhadapnya
secara pribadi, dia tidak seharusnya mempublikasikan atau mengatakan
kepada temannnya.
Mudah untuk mendapatkan suami yang baik saat ini, akan tetapi tidak mudah untuk mendapatkan istri yang baik.
Istri yang baik akan mengikuti pendapat (hukum) dari suaminya, bukan
dengan pendapatnya sendiri. Dia tidak akan mengatakan kepadanya, “Kamu
dapat merayakan I’ed hari ini, akan tetapi aku akan merayakannya besok.”
Seorang suami tidak akan pernah hidup dalam ketenangan jika menikah
dengan wanita yang agamanya sesat, seorang Habashi, Deobandi atau
Tahriiri. Inilah kenapa begitu penting bagi dirinya untuk menikahi
seorang wanita yang mengikuti pemahaman Ahlus Sunnah Wal Jama’ah
(mengikuti nabi dan sahabat-sahabatnya).
Keduanya idealnya memiliki agama yang sama dan aqidah (keyakinan) yang
sama. Jika seorang istri mengimani bahwa Allah berada di atas
‘Arsy-Nya, sementara suaminya mengimani bahwa Allah ada dimana-mana,
maka akan selalu terjadi perselisihan pendapat dan debat argumen, adapun
pernikahannya tidak akan bisa melakukan kerjasama diantara keduanya.
Agama yang baik bukan hanya shalat atau berpuasa. Jika seorang
laki-laki memiliki agama yang baik, dia akan mengimani bahwa Yahudi dan
Nasrani adalah kafir, dan jika wanita memiliki agama yang buruk maka dia
akan mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang beriman.
Lebih lanjut, wanita tersebut akan mengirimkan anak-anak mereka ke
sekolah negara sekuler, dimana pikiran-pikiran mereka akan diracuni
dengan pemikiran kufur.
Jika seorang laki-laki menikah dengan seorang wanita Barelwi atau
pelaku bid’ah maka istrinya akan mengajarkan anak-anaknya untuk
menyembah kuburan dan meminta bantuan dari orang yang sudah meninggal
dunia.
Allah Subhaanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berfikir.” (QS Ar-Ruum: 21)
Bagaimana mungkin akan ada ketenangan dalam pernikahan jika istrinya
menekan suaminya untuk membelikannya baju-baru baru, sepatu berhak
tinggi, tas dan barang-barang perhiasan setiap hari? Setiap hari dia
butuh waktu berjam-jam untuk bermake-up (berhias) dan jika suaminya
mengomentarinya mengenai satu hal maka dia akan membuat hidup suaminya
sedih. Itu bukanlah sifat seorang istri yang seharusnya.
Wanita butuh untuk meraih cinta dari suaminya dan menginginkan untuk
dapat meraih surga melaui taat pada suaminya. Dia akan memasak untuknya,
membersihkan baju-bajunya, menyetrika pakaian-pakaiannya dan menyiapkan
makanan. Dia bukanlah seorang budak atau pembantu, akan tetapi ini
adalah peran normal dari seorang istri.
Rasulullah Salallahu Alaihi Wasallam bersabda:
“Aku akan informasikan kepadamu tentang wanita ahli surga! (mereka
adalah) waduud (penuh kasih sayang dan sayang kepada suami mereka),
waluud (subur) dan bermanfaat. Jika dia berpamitan kepadamu maka dia
akan mengatakan, “Disini tanganku yang ada dalam tanganmu. Saya tidak
bisa tidur hingga kamu senang.” (Shohih al-Jaami’)
Hadits ini menggambarkan seorang wanita jannah (surga) yang
digambarkan sebagai seorang yang tidak akan beranjak tidur (setelah
berpamitan kepada suaminya) hingga dia memegang tangannya dan berkata,
“Saya akan beranjak tidur hingga kamu ridha terhadapku.” Atau hingga dia
dimaafkan. Di manakah macam wanita jenis ini sekarang ini? Sekarang,
jika suami berpamitan kepada istrinya maka istrinya akan mengatakan
kepadanya pergilah ke neraka dan membuat suaminya tidur dalam kebun.
Rasulullah Salallahu Alaihi Wasallam menyarankan para
pengikut-pengikutnya untuk menikah dengan wanita yang perawan. Konsep
ini memberi tekanan bagi seorang wanita agar mempertimbangkan dengan
benar masalah perceraian karena dia akan mengetahui bahwa akan sulit
baginya untuk menikah lagi.
Inilah salah satu cara bahwa Islam melindungi keluarga; seorang istri
tidak bisa lari hanya karena dia tidak memiliki televisi (sebagai
contoh) karena dia tahu bahwa perceraian adalah sebuah pantangan dalam
pernikahan.
Saat ini jika seorang suami mencoba menasehati dispilin kepada
istrinya maka istrinya akan berteriak kepadanya atau berpikir bahwa
suaminya mencoba untuk mengontrolnya.
Lebih lanjut jika dia (suaminya) berpamitan kepada istrinya maka dia
tidak akan menemaninya karena dia pergi untuk melihat TV dan melihat
laki-laki lain yang dia sukai.
Pada masa lalu, seorang ibu menasehati anak perempuannya, “Jadilah
sebagai pembantu/hambanya, maka dia akan menjadi hambamu. Jadilah
lahannya, dan dia akan menjadi akarmu.”
Saya berdoa kepada Allah semoga pelajaran ini dapat memberi pencerahan
atas kriteria untuk memilih patner yang baik. Selalu perhatikanlah
kebaikan agamanya karena orang yang mengetahui hukum syari’ah maka
diapun juga akan mengetahui mana yang halal dan yang haram.
Wallahu’alam bis showab!
Sumber: http://arrahmah.com
0 coment:
Posting Komentar
Berikan Pendapat atau Argumen Anda...!!!