sahabat adalah insan yang membuatmu lebih berarti

Hujan Deras 4 Jam, Puluhan Desa di Aceh Direndam Banjir Hingga 1,5 Meter



Feri Fernandes - detikNews
Banjir. (ilustrasi)
Aceh, - Banjir bandang melanda wilayah Kecamatan Peudada, Kabupaten Bireuen, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), sekitar pukul 23.00 WIB Rabu (2/1/2013) malam tadi. Puluhan desa terendam. Saat ini warga mulai mengungsi ke tempat lebih tinggi maupun kerabat terdekat.

Banjir bandang tersebut terjadi diduga akibat hujan deras selama empat jam sejak pukul 18.00 WIB hingga 22.00 WIB. Selain dari itensitas curah hujan yang tinggi, air kiriman dari daerah penggunungan Peudada juga menjadi faktor penyebab banjir di kawasan Bireun itu.

"Sekitar pukul 22.00 WIB malam tadi, seluruh desa di kecamatan Peudada banjir, sehingga mengakibatkan ribuan rumah di kawasan itu tergenang air setinggi 1,5 meter. Selain mengenang rumah warga, air kiriman itu juga mengakibatkan ruas jalan negara Medan-Banda Aceh juga ikut tergenang setinggi mata kaki orang dewasa,” kata Camat Peudada, Ridhal Doni, saat dihubungi detikcom, Rabu (2/1/2013) tengah malam.

Menurut Ridhal, dari lima puluh desa di kecamatan Peudada yang terendam air kiriman, sejumlah desa di antaranya mengalami dampak terparah.

Adapun desa terparah yakni Desa Jaba, Tanjung Seulamat, Alu Sijuek, Mon Ara, Pulo Ara, Menasah Alue, Hagu, dan Desa Pucok Alue dengan masing masing ketinggian air mencapai 2,5 meter.

Selain merendam sejumlah desa di Kecamatan Peudada, banjir juga merendam kawasan Kecamatan Siblah Krueng, dan Kecamatan Jeumpa. Meskipun tidak ada korban jiwa dalam musibah itu, namun warga saat ini terus bersiaga terhadap kemungkinan banjir kiriman susulan.

(rmd/rmd)



BIREUEN - Sepanjang dua kilometer jalan nasional Banda Aceh – Medan terndam banjir luapan di kawasan Peudada, Bireuen, Rabu malam 2 Januari 2013.
Jalan terendam mulai dari Keudei Pucok Alue Rheng hingga Ikue Alu di Kecamatan Peudada terendam.
Akibat terendamnya jalan setinggi lutut orang dewasa tersebut, kenderaan roda dua dan roda empat berjalan secara perlahan.
Sementara warga yang berada di kawasan tersebut dengan sukarela berdiri di pinggir jalan untuk mengatur jalannya lalu lintas agar kenderaan tidak terperosok ke luar jalur.
Di Peudada, pemukiman yang terendam adalah Gampong Pusong, Gampong Pucok alue Rheng, Gampong Pulo Ara dan Gampong Pulo Lawang.
Hingga saat ini belum tampak petugas dari dinas pemerintahan. []

sumber: http://atjehpost.com/



Singkil dan Tapaktuan Banjir

SINGKIL - Suasana pergantian tahun 2012 ke 2013 berlangsung muram di Singkil (Aceh Singkil) dan Tapaktuan (Aceh Selatan). Soalnya, kedua kawasan itu dilanda banjir. Mayoritas warganya harus berjibaku menyelamatkan harta benda dari terjangan air bah.

Banjir yang melanda Singkil terjadi Minggu (30/12). Hingga Selasa (1/1) tadi malam genangan air masih bertahan, bahkan tambah tinggi. Bukan saja merendam rumah, sekolah, dan fasilitas umum, banjir juga melumpuhkan transportasi menuju dan ke luar Singkil, ibu kota Kabupaten Aceh Singkil.

Amatan Serambi kemarin, tinggi air di permukiman penduduk bervariasi, mulai dari sebetis hingga sedada orang dewasa. Banjir merendam hampir seluruh desa di Kecamatan Singkil, meliputi Rantau Gedang, Teluk Rumbia, Siti Ambia, Sukamakmur, Kuta Simboling, Selok Aceh, Pemuka, Kilangan, Desa Ujung,

Pasar, Takal Pasir, Pulau Sarok, Ujung Bawang, dan Paya Bumbung.  Wilayah lain yang sempat terendam banjir adalah Cingkam di Kecamatan Gunung Meriah, Aceh Singkil. Ruas jalan Rimo-Singkohor di kawasan ini sempat terendam air sepaha orang dewasa, tapi kemarin siang sudah surut.

Hanya di Kecamatan Singkil yang air bah masih bertahan hingga tadi malam. “Gejala umumnya selalu begitu. Siang agak surut sedikit, tapi pas malam air di permukiman warga kembali tinggi,” kata Suryani (44), warga Desa Ujung, Singkil.

Musibah pada awal tahun tersebut, merupakan banjir kiriman yang diperparah oleh naiknya air laut. Padahal, dalam dua hari ini Aceh Singkil tidak diguyur hujan, namun banjir terjadi.

Dandim 0109/Singkil, Letkol Afson R Sirait, yang dihubungi Serambi kemarin mengaku sedang dalam perjalanan pulang memantau banjir dari Cingkam. Dia laporkan juga bahwa terjadi longsor di Trans 26. “Banjir ini jelas banjir kirim, karena tak diawali oleh hujan,” katanya.

Amatan Serambi, dampak banjir kali ini paling dirasakan dampaknya di Teluk Rumbia dan Rantau Gedang. Akses darat ke dua desa di bantaran sungai itu lumpuh total.

Desa berikutnya yang juga parah direndam air bah adalah Siti Ambia, Ujung Bawang, dan Paya Bumbung. Tinggi air kali ini di desa-desa tersebut hampir sama dengan banjir besar pada awal hingga medio November lalu.

Ruas jalan Singkil-Subulussalam di Ujung Bawang bahkan terendam sepanjang 500 meter sepaha orang dewasa. Akibatnya, sepeda motor (sepmor) tak bisa melintas, kecuali menumpang becak dorong dengan tarif antara Rp 10.000-Rp 30.000 per unit. “Kedalamannya sama dengan banjir besar November lalu, air bertahan dan cenderung meningkat,” ujar Mansurdin, warga Siti Ambia.

Kepala Bidang Program Dinas Pekerjaan Umum Aceh Singkil, Muzni, menyatakan sejak banjir November lalu pihaknya sudah mengusul ke provinsi agar badan jalan di Ujung Bawang yang menyebabkan arus transportasi itu lumpuh, segera ditinggikan. “Namun, belum ada respons,” ujar Muzni.

Perawatan dan perbaikan jalan itu wewenang Dinas Pekerjaan Umum Aceh Singkil serta Dinas Bina Marga dan Cipta Karya (BMCK) Aceh, sebab merupakan jalan provinsi. “Tapi anehnya, untuk memperbaiki jalan berlubang saja kerap dibebankan ke PU Aceh Singkil,” ujarnya.

Khusus di Paya Bumbung, Teluk Rumbia, dan Rantau Gedang, banjir sudah berlangsung tiga bulan. Mereka tidak merasakan air benar-benar surut dari tempat tinggalnya. Kondisi ini mengakibatkan aktivitas warga tidak berjalan normal. Imbasnya persedian sembako di rumah menipis.

Warga khawatir, bila banjir berlangsung lama, maka persediaan makanan mereka bakal habis. Karenanya, mereka meminta pasokan sembako sebelum stok makanan mereka benar-benar habis.

Banjir juga melanda Tapaktuan, ibu kota Kabupaten Aceh Selatan, pascahujan lebat Minggu (30/12) malam. Perabotan rumah tangga sebagian warga rusak akibat terendam banjir genangan setinggi 20–30 cm di dalam rumah.

Banjir lokal itu dipicu oleh mulai tersumbatnya sejumlah saluran pembuang (drainase) di seputaran Tapaktuan. “Pemkab Aceh Selatan melalui dinas terkait harus segera memperbaiki drainase yang rusak dan tersumbat tersebut,” kata Teuku Mudatsir, anggota DPRK Aceh Selatan dari Partai Golkar, kepada Serambi kemarin.

“Selaku wakil rakyat saya sangat menyayangkan drainase di Jalan Merdeka yang baru dibangun tidak berfungsi. Perencanaannya tidak baik,” ujar Cek Muh.

Pada Minggu malam lalu, kawasan di Tapaktuan yang dikepung banjir adalah Kampung Hilir, Kampung Padang, dan Jalan Merdeka Gampong Pasar. Banjir terparah terjadi di Kampung Hilir. Air yang tingginya bervariasi masuk ke rumah warga, sehingga banyak perabotan rumah tangga warga yang rusak. “Kita mohon keseriusan pemkab untuk segera membersihkan drainase yang tersumbat itu,” ujar Cek Muh. (c39/tz)

Editor : bakri
http://aceh.tribunnews.com/

0 coment:

Posting Komentar

Berikan Pendapat atau Argumen Anda...!!!