JEURAM - Sebanyak delapan orang salesman dan salesgirl yang berasal dari Pulau Jawa, Senin (6/12) sekitar pukul 19.00 WIB nyaris dibakar massa yang melakukan sweeping besar-besaran di ruas jalan nasional lintasan Kuala Tuha-Lamie, Kecamatan Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya.
Penangkapan oleh warga Darul Makmur yang melengkapi dirinya dengan parang dan senjata tajam lainnya itu nyaris menimbulkan aksi tragis. Pasalnya, kedelapan sales yang ditangkap warga saat menumpang sebuah mobil itu nyaris dibakar dan diamuk massa.
Penangkapan itu didorong oleh sikap waspada sebagian besar masyarakat Nagan yang sudah lebih seminggu resah setelah menerima pesan pendek (sms) yang menyebutkan sekelompok orang kini sedang beraksi menculik anak-anak. Kelompok ini juga mengambil organ tubuh korbannya untuk keperluan tertentu.
Namun, kemarahan warga yang hendak mengeksekusi delapan sales tersebut berhasil diredam aparat kepolisian, setelah Kapolres Nagan Raya, AKBP Drs Ari Soebijanto turun ke tempat kejadian mengamankan situasi yang kian memanas.
Amatan Serambi, sweeping (razia) yang dilakukan warga di sepanjang ruas jalan lintasan Kuala Tuha-Lamie itu sudah berlangsung beberapa malam lalu. Tindakan ini juga meresahkan pengguna jalan, karena badan jalan diberi perintang berupa sejumlah pepohonan.
Segera setelah kedelapan sales itu diamankan ke pos polisi terdekat, pihak kepolisian beserta unsur muspida di wilayah itu langsung melakukan pertemuan bersama pihak kecamatan dan masyarakat. Yang dibahas adalah tentang mereka yang ditangkap massa tersebut serta upaya antisipasi ke depan terkait sms tentang isu penculikan itu.
Kapolres Nagan Raya, AKBP Drs Ari Soebijanto kepada Serambi, Selasa (7/12) mengatakan, penangkapan kedelapan sales oleh masyarakat Darul Makmur di lintasan Kuala Tuha-Lamie itu merupakan suatu kesalahpahaman semata. Sebab, masyarakat di wilayah itu sedang resah dengan sms tentang maraknya isu penculikan anak.
Setelah dilakukan pemeriksaan dan dimintai keterangan, para salesman dan salesgirl yang ditangkap masyarakat itu mengaku, hendak mencari kepala desa setempat guna melakukan demo memasak untuk mempromosikan produk yang mereka bawa. “Para sales ini sama sekali tidak terlibat dengan adanya isu penculikan,” ujar Ari Soebijanto. Kedelapan sales tersebut dilepas kembali.
Kapolres Ari Soebijanto mengimbau seluruh masyarakat wilayah itu supaya tidak bertindak sewenang-wenang dan main hakim sendiri jika menemukan atau menangkap orang yang mencurigakan.
Ditanya tentang potensi kebenaran sms tersebut, Kapolres menepisnya. “Isu yang disebarkan melalui sms itu sama sekali tidak benar. SMS serupa juga beredar di seluruh Indonesia. Tujuannya hanya untuk membuat masyarakat makin resah,” pungkas Kapolres Ari Soebijanto.
Lima ditangkap
Dari Meulaboh dilaporkan, ratusan masyarakat Desa Seuneubok, Kecamatan Arongan Lambalek, Aceh Barat, Selasa (7/12) sekitar pukul 02.00 WIB menangkap lima warga di wilayah itu. Penangkapan itu dilakukan bersama aparat Polsek Arongan Lambalek, karena warga curiga terhadap kelima warga yang berada di dalam sedan tersebut.
Keberadaan mereka langsung dihubung-hubungkan warga setempat dengan kelompok penculik anak, sebagaimana kini isunya beredar luas melalui sms. Ketika hendak diringkus, kelima warga itu lari. Tapi ratusan warga berhasil membekuk satu per satu dari lima warga tersebut, lalu dibawa ke Polres Aceh Barat. Malah satu dari lima warga tersebut sempat bonyok dihajar warga. Kelima warga itu adalah Azhari, warga Kecamatan Arongan Lambalek, Burhan, warga Kecamatan Teunom, Aceh Jaya, serta Rahmad, Winda, dan Yanti, warga Meulaboh.
Kapolres Aceh Barat, AKBP Djoko Widodo melalui Kapolsek Arongan Lambalek, Ipda Kamal Pasha yang ditanyai Serambi kemarin mengatakan kelima warga itu ditangkap karena warga mencuriga gerak-gerik mereka.
Kapolres melalui Kasat Intel Polres Aceh Barat, AKP Zainuddin menegaskan bahwa sms berantai tentang isu penculikan anak itu hanyalah ulah orang iseng untuk membuat warga resah.
Aceh Jaya juga resah
Dari Calang dilaporkan, masyarakat Aceh Jaya juga resah dalam sepekan terakhir terkait sms yang berisikan isu penculikan anak tersebut. Kapolres Aceh Jaya, AKBP Galih Sayudo yang ditanyai Serambi, Selasa (7/12) mengatakan, sms tersebut adalah ulah orang-orang iseng dan hanya untuk mencari sensasi belaka. “Masyarakat saya minta untuk tidak terpancing terhadap isu yang tidak jelas ini,” ujarnya seraya meminta masyarakat tetap tenang dan tetap menjalankan aktivitas sehar-hari seperti biasanya.
Enggan ke pengajian
Masyarakat Aceh Selatan, Aceh Barat Daya, dan Lhokseumawe juga diresahkan oleh sms berisi isu penculikan anak. Isu penculikan itu mengakibatkan anak-anak enggan belajar ke tempat pengajian.
Azmir, anggota DPRK Aceh Selatan, kepada Serambi, Selasa (7/12) mengatakan, isu penculikan anak yang disebar melalui sms itu kini makin meresahkan anak-anak dan orang tua di kabupaten itu. Bahkan akibat isu yang tak bertanggung jawab itu anak-anak di desa enggan datang ke tempat pengajian.
Para nelayan setempat juga terpengaruh. Saat melaut seusai shalat Subuh, para nelayan itu terpaksa pergi berkelompok-kelompok. Azmir yang juga kader Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB) itu mengatakan, isu yang disebarkan melalui sms tersebut kini makin parah dampaknya. Hal senada disampaikan Yusrizal, warga Keude Bakongan, Kecamatan Bakongan.
Kasat Reskrim Polres Aceh Selatan, Iptu Novi Edyanto yang dihubungi Serambi berulang kali tidak ada jawaban. Namun melalui sms yang dikirim ke Serambi, Novi Edyanto menjawab, isu tersebut tidak benar.
Di Abdya
Isu penculikan anak juga meresahkan warga Abdya. Nasruddin (28), warga Desa Padang Sikabu, Kecamatan Kuala Batee, kepada Serambi mengakui dalam beberapa pekan terakhir masyarakat digegerkan isu penculikan dan penemuan mayat bocah korban mutilasi. Namun info itu hingga kini belum bisa dibuktikan kebenarannya.
Dandim 0110 Abdya, Letkol Arm E Dwi Karyono AS, Minggu (5/12) menyerukan kepada masyarakat agar memiliki kesigapan mendengar, menemukan, dan melihat (M3) setiap isu maupun kabar yang sifatnya meresahkan dan mengundang kepanikan, sehingga tak mudah menjadi ‘penyebar’ berantai dari setiap kabar serta isu yang belum diketahui kebenarannya.
Namun jika memang ditemukan kebenaran dari setiap informasi tersebut, dia sarankan kepada masyarakat tanpa ragu segera melaporkan ke pihak berwajib. Kapolres Abdya AKBP Drs Subakti melalui Kasat Reskrim AKP Wahyudi Sabhara SH, SIK membantah dan menegaskan bahwa informasi tersebut bentuk kebohongan belaka.
Lhokseumawe geger
Warga Padang Sakti, Muara Satu, Kota Lhokseumawe, Selasa (7/12) sekitar pukul 10.00 WIB, mendadak geger, setelah mencuat kabar penculikan seorang bocah perempuan di kawasan tersebut.
Menurut warga, dua pria bermobil Kijang jenis kapsul itu, menggendong seorang bocah yang meronta-ronta memanggil ibunya. Warga yakin, bocah yang dibawa tersebut adalah korban penculikan.
Kapolres Lhokseumawe, AKBP Kukuh Santoso melalui Kapolsek Muara Satu Iptu Hendro Sudarsono meyebutkan, setelah menerima informasi itu, polisi langsung turun ke lokasi untuk memastikannya.
Polisi bersama warga juga mengejar mobil dimaksud. “Tapi sampai ke kawasan Simpang Keuaramat kita kejar, warga tidak melihat mobil tersebut melintasi kawasan jalan line pipa,” kata kapolsek.
Merebaknya sms tentang penculikan anak juga beredar di Aceh Singkil dan Subulussalam. Namun, sejau ini tak ada faktanya. “Saya harap masyarakat tetap tenang dan jangan lagi menyebarkan sms yang meresahkan ini. Kalau sekadar waspada boleh, tapi bukan berarti isi sms penculikan itu benar,” kata Wakapolres Aceh Singkil, Kompol Boy Heryanto kepada Serambi, Senin (6/12).(edi/riz/c45/kh/c37/az/tz- ngutip : serambinews.com )
Penangkapan oleh warga Darul Makmur yang melengkapi dirinya dengan parang dan senjata tajam lainnya itu nyaris menimbulkan aksi tragis. Pasalnya, kedelapan sales yang ditangkap warga saat menumpang sebuah mobil itu nyaris dibakar dan diamuk massa.
Penangkapan itu didorong oleh sikap waspada sebagian besar masyarakat Nagan yang sudah lebih seminggu resah setelah menerima pesan pendek (sms) yang menyebutkan sekelompok orang kini sedang beraksi menculik anak-anak. Kelompok ini juga mengambil organ tubuh korbannya untuk keperluan tertentu.
Namun, kemarahan warga yang hendak mengeksekusi delapan sales tersebut berhasil diredam aparat kepolisian, setelah Kapolres Nagan Raya, AKBP Drs Ari Soebijanto turun ke tempat kejadian mengamankan situasi yang kian memanas.
Amatan Serambi, sweeping (razia) yang dilakukan warga di sepanjang ruas jalan lintasan Kuala Tuha-Lamie itu sudah berlangsung beberapa malam lalu. Tindakan ini juga meresahkan pengguna jalan, karena badan jalan diberi perintang berupa sejumlah pepohonan.
Segera setelah kedelapan sales itu diamankan ke pos polisi terdekat, pihak kepolisian beserta unsur muspida di wilayah itu langsung melakukan pertemuan bersama pihak kecamatan dan masyarakat. Yang dibahas adalah tentang mereka yang ditangkap massa tersebut serta upaya antisipasi ke depan terkait sms tentang isu penculikan itu.
Kapolres Nagan Raya, AKBP Drs Ari Soebijanto kepada Serambi, Selasa (7/12) mengatakan, penangkapan kedelapan sales oleh masyarakat Darul Makmur di lintasan Kuala Tuha-Lamie itu merupakan suatu kesalahpahaman semata. Sebab, masyarakat di wilayah itu sedang resah dengan sms tentang maraknya isu penculikan anak.
Setelah dilakukan pemeriksaan dan dimintai keterangan, para salesman dan salesgirl yang ditangkap masyarakat itu mengaku, hendak mencari kepala desa setempat guna melakukan demo memasak untuk mempromosikan produk yang mereka bawa. “Para sales ini sama sekali tidak terlibat dengan adanya isu penculikan,” ujar Ari Soebijanto. Kedelapan sales tersebut dilepas kembali.
Kapolres Ari Soebijanto mengimbau seluruh masyarakat wilayah itu supaya tidak bertindak sewenang-wenang dan main hakim sendiri jika menemukan atau menangkap orang yang mencurigakan.
Ditanya tentang potensi kebenaran sms tersebut, Kapolres menepisnya. “Isu yang disebarkan melalui sms itu sama sekali tidak benar. SMS serupa juga beredar di seluruh Indonesia. Tujuannya hanya untuk membuat masyarakat makin resah,” pungkas Kapolres Ari Soebijanto.
Lima ditangkap
Dari Meulaboh dilaporkan, ratusan masyarakat Desa Seuneubok, Kecamatan Arongan Lambalek, Aceh Barat, Selasa (7/12) sekitar pukul 02.00 WIB menangkap lima warga di wilayah itu. Penangkapan itu dilakukan bersama aparat Polsek Arongan Lambalek, karena warga curiga terhadap kelima warga yang berada di dalam sedan tersebut.
Keberadaan mereka langsung dihubung-hubungkan warga setempat dengan kelompok penculik anak, sebagaimana kini isunya beredar luas melalui sms. Ketika hendak diringkus, kelima warga itu lari. Tapi ratusan warga berhasil membekuk satu per satu dari lima warga tersebut, lalu dibawa ke Polres Aceh Barat. Malah satu dari lima warga tersebut sempat bonyok dihajar warga. Kelima warga itu adalah Azhari, warga Kecamatan Arongan Lambalek, Burhan, warga Kecamatan Teunom, Aceh Jaya, serta Rahmad, Winda, dan Yanti, warga Meulaboh.
Kapolres Aceh Barat, AKBP Djoko Widodo melalui Kapolsek Arongan Lambalek, Ipda Kamal Pasha yang ditanyai Serambi kemarin mengatakan kelima warga itu ditangkap karena warga mencuriga gerak-gerik mereka.
Kapolres melalui Kasat Intel Polres Aceh Barat, AKP Zainuddin menegaskan bahwa sms berantai tentang isu penculikan anak itu hanyalah ulah orang iseng untuk membuat warga resah.
Aceh Jaya juga resah
Dari Calang dilaporkan, masyarakat Aceh Jaya juga resah dalam sepekan terakhir terkait sms yang berisikan isu penculikan anak tersebut. Kapolres Aceh Jaya, AKBP Galih Sayudo yang ditanyai Serambi, Selasa (7/12) mengatakan, sms tersebut adalah ulah orang-orang iseng dan hanya untuk mencari sensasi belaka. “Masyarakat saya minta untuk tidak terpancing terhadap isu yang tidak jelas ini,” ujarnya seraya meminta masyarakat tetap tenang dan tetap menjalankan aktivitas sehar-hari seperti biasanya.
Enggan ke pengajian
Masyarakat Aceh Selatan, Aceh Barat Daya, dan Lhokseumawe juga diresahkan oleh sms berisi isu penculikan anak. Isu penculikan itu mengakibatkan anak-anak enggan belajar ke tempat pengajian.
Azmir, anggota DPRK Aceh Selatan, kepada Serambi, Selasa (7/12) mengatakan, isu penculikan anak yang disebar melalui sms itu kini makin meresahkan anak-anak dan orang tua di kabupaten itu. Bahkan akibat isu yang tak bertanggung jawab itu anak-anak di desa enggan datang ke tempat pengajian.
Para nelayan setempat juga terpengaruh. Saat melaut seusai shalat Subuh, para nelayan itu terpaksa pergi berkelompok-kelompok. Azmir yang juga kader Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB) itu mengatakan, isu yang disebarkan melalui sms tersebut kini makin parah dampaknya. Hal senada disampaikan Yusrizal, warga Keude Bakongan, Kecamatan Bakongan.
Kasat Reskrim Polres Aceh Selatan, Iptu Novi Edyanto yang dihubungi Serambi berulang kali tidak ada jawaban. Namun melalui sms yang dikirim ke Serambi, Novi Edyanto menjawab, isu tersebut tidak benar.
Di Abdya
Isu penculikan anak juga meresahkan warga Abdya. Nasruddin (28), warga Desa Padang Sikabu, Kecamatan Kuala Batee, kepada Serambi mengakui dalam beberapa pekan terakhir masyarakat digegerkan isu penculikan dan penemuan mayat bocah korban mutilasi. Namun info itu hingga kini belum bisa dibuktikan kebenarannya.
Dandim 0110 Abdya, Letkol Arm E Dwi Karyono AS, Minggu (5/12) menyerukan kepada masyarakat agar memiliki kesigapan mendengar, menemukan, dan melihat (M3) setiap isu maupun kabar yang sifatnya meresahkan dan mengundang kepanikan, sehingga tak mudah menjadi ‘penyebar’ berantai dari setiap kabar serta isu yang belum diketahui kebenarannya.
Namun jika memang ditemukan kebenaran dari setiap informasi tersebut, dia sarankan kepada masyarakat tanpa ragu segera melaporkan ke pihak berwajib. Kapolres Abdya AKBP Drs Subakti melalui Kasat Reskrim AKP Wahyudi Sabhara SH, SIK membantah dan menegaskan bahwa informasi tersebut bentuk kebohongan belaka.
Lhokseumawe geger
Warga Padang Sakti, Muara Satu, Kota Lhokseumawe, Selasa (7/12) sekitar pukul 10.00 WIB, mendadak geger, setelah mencuat kabar penculikan seorang bocah perempuan di kawasan tersebut.
Menurut warga, dua pria bermobil Kijang jenis kapsul itu, menggendong seorang bocah yang meronta-ronta memanggil ibunya. Warga yakin, bocah yang dibawa tersebut adalah korban penculikan.
Kapolres Lhokseumawe, AKBP Kukuh Santoso melalui Kapolsek Muara Satu Iptu Hendro Sudarsono meyebutkan, setelah menerima informasi itu, polisi langsung turun ke lokasi untuk memastikannya.
Polisi bersama warga juga mengejar mobil dimaksud. “Tapi sampai ke kawasan Simpang Keuaramat kita kejar, warga tidak melihat mobil tersebut melintasi kawasan jalan line pipa,” kata kapolsek.
Merebaknya sms tentang penculikan anak juga beredar di Aceh Singkil dan Subulussalam. Namun, sejau ini tak ada faktanya. “Saya harap masyarakat tetap tenang dan jangan lagi menyebarkan sms yang meresahkan ini. Kalau sekadar waspada boleh, tapi bukan berarti isi sms penculikan itu benar,” kata Wakapolres Aceh Singkil, Kompol Boy Heryanto kepada Serambi, Senin (6/12).(edi/riz/c45/kh/c37/az/tz- ngutip : serambinews.com )