KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOKOMOTORIK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengukuran
dalam sekolah berkaitan hanya dengan pecandraan (deskripsi) kuatitatif
mengenai tingkah laku siswa. Pengukuran tidak melibatkan pertimbangan
mengenai baiknya atau nilai tingkah laku yang diukur itu. Seperti halnya
tes, pengukuran pun tidak menentukan siapa yang lulus dan siapa yang
tidak lulus. Pengukuran hanya membuahkan data kuantitatif mengenai hal
yang diukur. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan,
baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan
klasifikasi hasil belajar dari benyamin bloom yang membaginya menjadi 3
ranah pengukuran yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikokomotorik.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah :
a. Pengukuran ranah kognitif
Pengukuran ranah kognitif ini meliputi aspek :
1. Pengetahuan
2. Pemahaman
3. Penerapan
4. Analisis
5. Sintesis
6. Penilaian
b. Pengukuran ranah afektif
c. Pengukuran ranah psikomotorik
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengukuran Ranah Kognitif
Ranah
kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sisntesis dan evaluasi. Hal ini sesuai dengan taksonomi bloom
(1956) yang diurutkan secara Hierarki Peramedal. Sistem klasifikasi
bloom dapat digambarkan sebagai berikut :
|
Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai tiap aspek sebagaimana diberikan dalam taksonomi bloom :
a. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan
adalah aspek mendasar dalam taksonomi bloom. Sering kali disebut
sebagai aspek ingatan (recall). Dalam jenjang kemampuan ini seseorang
dituntut untuk dapat mengenal atau mengetahui adanya konsep. Fakta dan
istilah-istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya. Karena
itu rumusan TIK menggunakan kata-kata operasional sebagai berikut ;
menyebutkan, menunjukkan, mengenal, mengingat kembali. Menyebutkan
definisi, memilih dan menyatakan. Bentuk soal yang sesuai untuk mengukur
kemampuan ini adalah : Tipe (melengkapi/menjodohkan), tipe isian. Tipe
benar-salah, pilihan ganda. Akan tetapi orang banyak menggunakan
benar-salah, karena lebih mudah menyusunnya.
Ada
beberapa cara untuk dapat mengingat dan menyimpan materi dalam ingatan
seperti teknik memo, jembatan kedelai, mengurutkan kejadian, membuat
singkatan yang bermakna. Pengetahuan ini merupakan ranah kognitif
tingkat rendah yang paling rendah. Namun, tipe hasil belajar ini menjadi
prasarat bagi tipe hasil belajar berikutnya. Dan hal ini berlaku bagi
semua bidang studi.
b. Pemahaman
Tipe
hasil belajar ini lebih tinggi dari pengetahuan siswa dituntut memahami
atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang
dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya. Bentuk soal yang sering
digunakan untuk mengukur kemampuan ini adalah pilihan ganda atau uraian.
Pemahaman dibedakan dalam 3 kategori :
- Pertama, pemahaman penafsiran (interpretation)
Mulai
dari terjemahan dalam arti sebenarnya, misalnya dari bahasa Inggris ke
bahasa Indonesia mengartikan bhineka Tunggal Ika, mengartikan merah
putih dan sebagainya.
- Kedua, Pemahaman Penafsiran (Interpretation)
Yakni
menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya,
atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian,
membedakan yang pokok dan yang bukan pokok.
- Ketiga, pemahaman extrapolasi (Extrapolation)
Penerapan
extrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat dibalik yang tertulis,
dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas dalam
arti waktu, dimensi, kasus ataupun masalahnya.
c. Penerapan (Application)
Aplikasi
adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus.
Abstraksi tersebut berupa ide, teori, atau petunjuk teknis. Menerapkan
abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi. Mengulang-ulang
menerapkannya pada situasi lama akan beralih menjadi pengetahuan hafalan
atau keterampilan. Pengukuran kemampuan ini umumnya menggunakan
pendekatan pemecahan masalah (problem solving) melalui pendekatan ini
siswa dihadapkan dengan suatu masalah, entah rill atau hipotesis, yang
perlu dipecahkan dengan menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya.
d. Analisis (analysis)
Analisis
adalah usaha memilih suatu integritas menjadi unsur-unsur atau
bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya atau susunannnya. Dengan
analisis diharapkan mempunyai pemahaman yang komperehensif, dan dapat
memilahkan integritas menjadi bagian-bagian yang terpadu, memahami
proses, cara kerja, dan sistematikanya. Bentuk soal yang sesuai untuk
mengukur kemampuan ini adalah pilihan ganda dan uraian.
e. Sistesis (syntesis)
Penyatuan
unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh disebut
sintesis. Pada jenjang ini seseorang dituntut untuk dapat menghasilkan
sesuatu yang baru dengan jalan menggabungkan berbagai faktor yang ada.
Pengukurannya menggunakan kemampuan mengkomunikasikan gagasan, perasaan,
dan pengalaman dalam bentuk tulisan, menyusun rencana atau mekanisme
dari suatu tugas atau problem yang diketengahkan.
f. Penilaian (evaluation)
Dalam
jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat mengevaluasi
asisituasi, keadaan, pernyataan, atau konsep berdasarkan kriteria
tertentu. Yang penting dalam evaluasi ialah menciptakan kriteria
tertentu, agar pengevaluasi tidak subjektif diperlukan standar, ukuran
atau kriteria. Misalnya : menugaskan siswa mengembangkan kriteria untuk
mengevaluasi program pengajaran dalam efektivitas dan efesiensinya.
B. Pengukuran Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai, dalam ranah ini meliputi 5 jenis kemampuan.
1. Menerima (reciving/attending) yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi dan gejala.
2. Menjawab (responding)
Kemampuan
ini bertalian dengan partisipasi siswa. Mencakup ketepatan reaksi,
perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar.
3. Menilai (valuing)
Jenjang
ini bertalian dengan nilai yang dikenakan siswa terhadap suatu objek,
fenomena, atau tingkah laku tertentu. Mulai dari sekedar penerimaan
nilai (memperbaiki keterampilan kelompok). Sampai menerima tanggung
jawab untuk fungsi kelompok yang lebih efektif.
4. Organisasi
Yakni
pengembangan dari nilai ke dalam suatu sistem (organisasi) termasuk
hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai
yang dimiliki. Contoh konsep tentang nilai, organisasi sistem nilai dan
lain-lain.
5. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai
Yakni
keterpaduan semua sistem nilai yang dimiliki seseorang yang
mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Kedalamnya termasuk
keseluruhan nilai dan karakteristiknya.
C. Ranah Psikomotoris
Ranah
pskomotoris meliputi enam jenis kemampuan yakni gerakan refleks,
gerakan fundamental yang dasar, kemampuan perceptual, kemampuan fisik,
gerakan trampil, komunikasi, non diskursus. Akan tetapi masih dapat
dikelompokkan dalam tiga kelompok.
1. Keterampilan Motorik (muscularor motorskills)
Memperlihatkan gerak, menunjukkan hasil (pekerjaan tangan), menggerakkan, menampilkan, melompat dan sebagainya.
2. Manipulasi benda-benda (manipulation of materials or objects)
Menyusun, membentuk, memindahkan, menggeser, mereparasi. Dan sebagainya.
3. Koordinasi neuromuscular
Menghubungkan, mengamati, memotong dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
- Pengukuran
hasil belajar sebagai objek penilaian dapat dibedakan dalam beberapa
kategori yakni, kognitif, afekfit dan psikomoris.
- Alat
penilaian atau pengukuran untuk setiap ranah tersebut mempunyai
karakteristik tersendiri sebab setiap ranah berbeda dalam cakupan dan
hakikatnya yang terkandung didalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
- Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Belajar, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1989.
- Daryanto, Evaluasi Pendidikan, Jakarta : PT. Rienaka Cipta, 2005.
0 coment:
Posting Komentar
Berikan Pendapat atau Argumen Anda...!!!