Pembentukan Akhlak Dan Yang Mempengaruhi Akhlak
BAB I
PENDAHULAUN
Sebagai
umat manusia kita harus senantiasa taat menjalankan perintahnya agama,
yaitu dengan menjalankan segala perintah Allah, serta meninggalkan
apa-apa yang dilarang olehnya[1];
di abad 21 ini, mungkin banyak diantara kita yang masih berkurang
memperhatikan dan mempelajari akhlak. Yang perlu diingat, bahwa Tauhid
sebagai inti ajaran Islam yang memang seharusnya kita utamakan,disamping
mempelajari akhlak. Karena tauhid merupakan realisasi akhlak seorang
hamba terhadap Allah, seseorang yang bertauhid dan baik akhlaknya
berarti ia adalah sebaik-baiknya manusia.
Namun, pada
pernyataannya dilapangan. Usaha-usaha pembinaan akhlak melalui berbagai
lembaga pendidikan dan melalui berbagai macam metode terus
dikembangkan. Ini menunjukkan bahwa akhlak perlu dibina. Dri pembinaan
tersebut akan terbentuk pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia,
taat kepada Allah dan rasul-Nya hormat kepada ibu bapak dan sayang
kepada sesama mahluk ciptaan Allah.
Dengan demikian pembentukan akhlak dapat diartikan sebagai usaha-usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk akhlak
anak, dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang
terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan
konsisten[2]
BAB II
PEMBAHASAN
Pembentukan Akhlak Dan Yang Mempengaruhi Akhlak
A. Definisi
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu pendekatan linguistik (kebahasaan), pendekatan terminologik (peristilahan).
Dari sudut pembahasan, akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun خُلُقٌ yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat[3]. Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalaqun خَلْقٌ yang berarti kejadian, yang juga erat hubungannya dengan خَالِقٌ yang berarti pencipta, demikian pula dengan makhluqun مَخْلُوْقٌ yang berani yang diciptakan.
Ibnu Athir menjelaskan bahwa:
Hakikat
makna khuluq itu, adalah gambaran batin manusia yang tepat (yaitu jiwa
dan sifat-sifatnya), sedang khalqi merupakan gambaran bentuk luarnya
(raut muka, warna kulit, tinggi rendahnyaaa tubuh dan lain sebagainya).
Imam al-Ghazali mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut:
Akhlak
ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul
perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan
pikiran (lebih dahulu).
Dr. M. Abdulah Dirroz[4], mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut:
Akhlak
adalah sesuatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan
kehendak mana berkombinasi mambawa kecendrungan pada pemilihan pihak
yang benar (dalam hal akhlak yang baik) atau pihak yang jahat (dalam hal
akhlak yang jahat).
Dari
beberapa pengertian tersebut di atas, dapatlah dimengerti bahwa akhlak
adalah tabiat atau sifat seseorang, yakni keadaan jiwa yang terlatih,
sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang
melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan
dan diangan-angankan lagi.
B. Pembentukan Akhlak
Pembentukan
akhlak ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa akhlak adalah hasil usaha
pendidikan, latihan, usaha keras dan pembinaan (muktasabah), bukan
terjadi dengan sendirinya. Potensi rohaniah yang
ada dalam diri manusia termasuk di dalamnya akal, nafsu amarah, nafsu
syahwat, fitrah, kata hati, hati nurani, dan intuisi dibina secara
optimal dengan cara dan pendekatan yang tepat.
Akan tetapi, menurut sebagian ahli bahwa akhlak tidak perlu dibentuk karena akhlak adalah insting (garizah)[5] yang
dibawa manusia sejak lahir. Bagi golongan ini cendrung kepada perbaikan
atau fitrah yang ada dalam diri manusia dan dapat juga berupa kata hati
atau intuisi yang selalu cendrung pada kebenaran. Dengan pandangan
seperti ini maka akhlak akan tumbuh dengan
sendirinya, walaupun tanpa bentuk atau diusahakan (ghair muktasabah).
Kelompok ini lebih lanjut menduga bahwa akhlak adalah gambaran batin ini
tidak akan sanggup mengubah perbuatan batin.
C. Aspek-Aspek Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak
Setiap
perilaku manusia didasarkan atas kehendak. Apa yang dilakukan manusia
timbul dari kejiwaan. Walaupun pancaindra kesulitan melihat pada dasar
kejiwaan, namun dapat dilihat dari wujud kelakuan. Maka setiap kelakuan pasti bersumber dari kejiwaan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak pada khususnya dan pendidikan pada umunya, ada tiga aliran yaitu:
1) Aliran Nativisme
Menurut
aliran ini faktor yang paling berpengaruhi terhadap diri seseorang
adalah faktor bawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa
kecendrungan, bakat, dan akal. Jika seorang telah memiliki bawaan kepada
yang baik maka dengan sendirinya orang tersebut lebih baik. Aliran ini
begitu yakin terhadap potensi batin dan tampak kurang menghargai peranan
pembinaan dan pendidikan.
2) Aliran Empirisme
Menurut
aliran ini faktor yang paling berpengaruhi terhadap pembentukan diri
seorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkugan sosial[6];
termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika penddidikan dan
pembinaan yang diberikan kepada anak itu baik, maka baiklah anak.
Demikian jika sebaliknya. Aliran ini begitu percaya kepada peranan yang
dilakukan oleh dunia pendidikan dan penjajahan.
3) Aliran Konvergensi
Menurut
aliran ini faktor yang paling mempengaruhi pembentukan akhlak yakni
faktor internal (pembawaan) dan faktor dari luar (lingkungan sosial).
Fitrah dan kecendrungan ke arah yang lebih baik yang dibina secara
intensif secara metode.
Aliran ini sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini dapat dipahami dari ayat dan hadits di bawah ini.
ª!$#ur Nä3y_t�÷zr& .`ÏiB ÈbqäÜç/ öNä3ÏF»yg¨Bé& Ÿw šcqßJn=÷ès? $\«ø‹x© Ÿ@yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t�»|Áö/F{$#ur noy‰Ï«øùF{$#ur öNä3ª=yès9 šcrã�ä3ô±s? ÇÐÑÈ
Artinya:
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati, agar kamu bersyukur.
كل مولود يولد على الفطرة فأبواه يهوّدانه او ينصّرانه او يمجّسانه (رواه البخاري)
Artinya:
setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan (membawa) fitrah (rasa
ketuhanan dan kecendrungan kepada kebenaran). Maka kedua orang tuanya
yang membentuk anak itu menjadi yahudi, Nasrani, atau majusi. (HR.
Bukhori)[7].
Dari ayat dan hadits tersebut di atas menunjukkan dengan jelas bahwa pelaksana utama dalam pendidikan adalah kedau orang tua.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Akhlak
adalah tabiat atu sifat seseorang, yakni keadaan jiwa yang telah
terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat
sifat-sifat yang mealahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan
spontan tanpa dipikirkan dan diangan-angan lagi.
b. Menurut cara pembentukannya, akhlak dibedakan menjadi dua cara yaitu:
1. Insting yang dibawa manusia sejak lahir tanpa dibentuk atau usahakan (ghair muktasabah)
2. Hasil usaha dari pendidikan, latihan pembinaan, perjuangan keras dan sungguh-sungguh (muktasabah)
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak pada khususnya dan pendidikan pada umumnya, ada tiga aliran yaitu:
- Aliran Nativisme (Internal)
- Aliran Imprisme (Eksternal)
- Aliran Konvergensi (Internal dan ekstenal)
B. Saran
Akhlak merupakan suatu
nilai baik-buruknya perilaku kita maka seharusnya kita menjunjung
tinggi aklak-akhlak yang telah diajarkan oleh Nabi besar Muhammad SAW karena sekarang ini banyak orang-orang yang sudah menyimpang dari ajaran beliau.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ahmad, Imam S, Tuntunan Akhlaqul Karimah (Jakarta: LEKDIS, 2005)
2. Moh. Amin, Drs. Pengantar Ilmu Akhlaq (Surabaya: EXPRESS, 1987)
3. Mustofa. A. Drs. H. Akhlak Tasawuf (Bandung CV. Pustaka Setia, 1999)
4. Nata. MA, Abuddin, Prof. Dr. H, Akhlak Tasawuf (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada)
[2] Prof. Dr.H. Abuddin Nata, M.A. Akhlak Tasawuf. (Jakarta, PT.Raja Garfindo Persada.2000) hal. 158
[4] Drs. H.A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung, CV. Pustaka Setia.1999) hal. 12-14
0 coment:
Posting Komentar
Berikan Pendapat atau Argumen Anda...!!!